Monday, 30 March 2009

 

 

 

 




Posted by Picasa

Massa SIRA Dihadang dan Dilempari Batu

BIREUEN - Cara-cara yang sangat tidak simpatik dilakukan oleh kelompok tertentu terhadap massa Partai SIRA yang akan menghadiri kampanye partai tersebut di berbagai titik, Sabtu (28/3).

Di Bireuen dan Aceh Utara, misalnya, massa SIRA dihadang bahkan ada yang dilempari batu. Menanggapi aksi tak terpuji itu, Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) SIRA, Muhammad Nazar mengatakan, membangun Aceh tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang-orang bodoh, pengacau serta tidak berakhlak.

Dari Bireuen dilaporkan, sebuah mobil Chevrolet pikap yang membawa pendukung dan simpatisan Partai SIRA yang hendak mengikuti kampanye partai tersebut di Lapangan Blang Asan, Peusangan, Bireuen, siang kemarin, dilempari batu oleh pengendara sepeda motor ketika melintas di kawasan Cot Batee Geulungku, Kecamatan Simpang Mamplam, Bireuen.

Menurut informasi, pada Sabtu pagi kemarin rombongan itu berangkat dari Peusangan ke Samalanga untuk menjemput rombongan lainnya dari wilayah barat Bireuen.

Setelah menjemput rombongan tersebut, mobil yang disopiri M Juned bin Ali, warga Jangka Alue, Kecamatan Jangka, bergerak ke Bireuen setelah beristirahat sejenak di Batee Iliek. Mobil itu membawa sekitar 30 orang pendukung Partai SIRA yang sebagian besar adalah kaum ibu.

Ketika tiba di kawasan Batee Geulungku, mobil massa SIRA itu berpapasan dengan satu sepeda motor jenis Supra dari arah berlawanan. Saat itulah, diduga salah seorang pengendara sepeda motor melempari batu sebesar pinang ke arah mobil yang sedang melaju dan mengenai sopir.

Kapolres Bireuen, AKBP T Saladin SH melalui Kapolsek Pandrah, Ipda Mawardi Juned yang melihat korban pelemparan di Puskesmas Pandrah kepada Serambi mengatakan, karena sopir terkena lemparan batu akhirnya seluruh anggota rombongan mampir ke Puskesmas. “Kita belum tahu siapa pelakunya, karena setelah melempar dari arah berlawanan pelaku langsung menghilang,” kata Kapolsek Pandrah.

Kampanye via HP
Ketua MTP Partai SIRA, Muhammad Nazar menyapa pendukungnya yang berada di Lapangan Blang Asan Bireuen melalui HP. Waktu itu Nazar sedang berada dan berkampanye di Langsa.

Dalam kampanyenya melalui HP, Nazar meminta masyarakat untuk terus memantau pelaksanaan kampanye dan tahapan pemilu lainnya, serta meminta untuk melaporkan kepada Panwaslu bila mendapatkan pelanggaran.

Melalui HP yang disambungkan ke pengeras suara, Nazar mengatakan, sebenarnya ia sangat berkeinginan berkampanye secara langsung di depan para pendukung Partai SIRA di Bireuen. Namun, karena jadwal yang bersamaan dengan Kota Langsa, maka dia mensiasati perbedaan lokasi itu dengan bantuan teknologi selular.

Amatan Serambi, pelaksanaan kampanye di Blang Asan, para simpatisan dan pendukung Partai SIRA termasuk tukang becak dan anak-anak, memadati hampir separuh lapangan. Dalam kampanye yang dimulai sekitar pukul 15.00 WIB, tampil sejumlah orator yang menyampaikan berbagai program pembangunan yang akan dilakukan caleg Partai SIRA bila duduk di DPRA maupun DPRK. Orator yang tampil antara lain Abdul Manaf Isda, Tgk Ismail Sarong, dan Faisal Ridha.

Penghadangan
Muhammad Nazar menyatakan kekecewaan dan tak bisa menyembunyikan kemarahan ketika menyampaikan pidato politik saat berkampanye di Lapangan eks Gedung Cunda Plaza, Lhokseumawe, Sabtu (28/3). Kemarahan itu dipicu aksi penghadangan massa Partai SIRA di beberapa lokasi di Aceh Utara ketika hendak menghadiri kampanye di Lhokseumawe.

Menurut Nazar, kelompok yang melakukan penghadangan, pelemparan, dan tindakan tidak simpatik lainnya adalah gerakan pengacau yang tidak mengerti demokrasi.

Nazar juga mengatakan, dalam pikiran orang yang menghadang itu, perjuangan yang dilakukan hingga menghasilkan perdamaian hanya dilakukan oleh mereka saja dan merasa Aceh yang milik mereka saja.

“Dari dulu hingga ke depan, untuk membangun Aceh harus tetap berjalan seiring. Untuk membangun Aceh ke depan tidak mungkin dilakukan sendiri, tapi harus oleh semua elemen masyarakat. Saya tegaskan, membangun Aceh tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang-orang bodoh, pengacau serta tidak berakhlak,” pungkasnya.

Dalam konferensi pers-nya, Nazar menjelaskan, massa yang gagal mengikuti rapat umum di lapangan eks Cunda Plaza di antaranya di kawasan Beurandang menuju Cot Girek sebanyak sembilan truk, Seunuddon 10 truk, Jambo Aye sembilan truk, Matang Kuli 10 truk, serta di Blang Jruen dan Krueng Geukuh.

Jangan takut
Ketika berkampanye di Lapangan Merdeka Kota Langsa, Muhammad Nazar, meminta masyarakat tidak perlu takut akan adanya teror dan intimidasi terhadap para kader dan simpatisan Partai SIRA, karena dalam bilik suara kelak, tidak ada satupun manusia yang mengetahui pilihan seseorang.

Nazar mengatakan, sejak berdirinya SIRA hingga menjadi sebuah partai politk lokal, tidak henti-hentinya memperjuangkan berbagai aspirasi masyarakat Aceh. Bila partai tersebut memang pada pemilu mendatang, berbagai hasil alam yang ada di Aceh juga akan dikelola dengan baik demi kesejahteraan rakyat.

“SIRA miliknya masyarakat yang ada di Aceh, baik suku Batak, Gayo, Alas, maupun lainnya. Sudah selayaknya dan sewajarnya jika masyarakat menjadi pendukung, kader, maupun simpatisan Partai SIRA,” ujarnya.

Bagi-bagi bunga
Kampanye Partai SIRA di Aceh Tamiang, Sabtu (28/3) dilakukan dengan membagi-bagi 1.500 bunga mawar biru kepada warga sebagai simbol terwujudnya perdamaian.

Ketua Partai SIRA Aceh Tamiang, Mustafa Kamal kepada Serambi mengatakan, pembagian bunga mawar kepada warga yang dilakukan aktivis partai SIRA sebagai salah satu bentuk kampanye mensosialisasikan keberadaan salah satu partai lokal yang cinta perdamaian di Tamiang.

Cinta perdamaian tersebut disimbolkan dengan membagi-bagi bunga mawar biru kepada warga sambil membawa pesan moral tentang perlunya menjaga perdamaian secara bersama-sama.

Setelah gerakan simpatik itu, pada siang harinya masa Partai SIRA dari Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang berkumpul di Lapangan Merdeka Kota Langsa mendengar orasi politik Ketua MTP Partai SIRA, Muhammad Nazar.

Diperiksa
Dari Aceh Timur dilaporkan, seusai kampanye akbar Partai SIRA di Stadion TM Jakfar, Julok, Sabtu kemarin, Ketua KPW Partai SIRA Aceh Timur, Hasbullah beserta bendaharanya, Masri sempat diperiksa polisi terkait persoalan STTP (Surat Tanda Terima Pemberitahuan) kampanye dari polisi yang belum dikantongi partai tersebut.

Sempat beredar SMS di kalangan wartawan bahwa keduanya ditahan polisi. Namun, Kapolres Aceh Timur, AKBP Drs Ridwan Usman menyebutkan, keduanya dimintai keterangan terkait persoalan STTP yang tidak diambil di Polres, padahal kampanye sudah dilaksanakan. “Kami akan kordinasikan lagi dengan Panwaslu,” kata Ridwan Usman.

Menurut Kapolres, berdasarkan ketentuan, kampanye harus mengantongi izin. Meski begitu, AKBP Ridwan Usman mengakui pihak SIRA sudah mengajukan surat tersebut, tapi tidak diambil dengan alasan yang belum diketahui.

Ketua Panwaslu Aceh Timur, H Abdul Muthalleb Ibrahim yang dikonfirmasi Serambi secara terpisah menyebutkan, setelah pihaknya meneliti di lapangan, kesalahan tersebut merupakan kesalahan administrasi saja dan akan dibawa pihaknya ke Gakkumlu, Senin mendatang.

Bertekad jadi pemenang
Kampanye akbar Partai SIRA di Stadion TM Jakfar Julok dihadiri massa partai dari belasan kecamatan di Aceh Timur. Kampanye tersebut menampilkan Ruslan Razali (caleg DPRA), Shadia Marhaban, serta Mulyadi (caleg DPRK Aceh Timur). Dalam orasi politiknya, ketiga jurkam menegaskan, Partai SIRA berkeinginan menjadi pemenang dalam Pemilu 9 April 2009. Ruslan meninta masyarakat untuk berhati-hati dalam mencontreng dan memperhatikan kualitas caleg yang akan dipilih. “Jangan gadaikan suara Anda, karena setiap satu suara akan sangat menentukan masa depan Aceh,” tandas Ruslan.(yus/muk/c38/bah/na/md/is)

Berita ini Berasal Dari Website : Serambinews


Sunday, 29 March 2009

Selebaran Intimidasi Beredar di Tanah Gayo

Takengon | Harian Aceh--Seratusan warga yang mengaku mewakili masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah berdemonstrasi di Lapangan Musara Alun Takengon, Jumat (27/3). Mereka menolak kehadiran Partai Aceh (PA) di daerah itu.

Demo tersebut dipicu kekhawatiran mereka setelah beredarnya selebaran berisi pemaksaan kepada warga untuk memilih Partai Aceh. Selebaran dengan latar belakang bendera Partai Aceh itu berbunyi, pemberitahuan kepada seluruh masyarakat Aceh Tengah khususnya suku Gayo dan Jawa wajib memilih Partai Aceh (PA).

Dalam selebaran yang ditempel di berbagai sudut kota dan kampung itu disebutkan bahwa Partai Aceh merupakan hasil perjuangan pahlawan-pahlawan Aceh. Bagi yang tidak memilih PA sama dengan melanggar syariat. Orang yang melanggar syariat Islam sama dengan kafir. Orang yang kafir akan kami lenyapkan di muka bumi ini.

Di bagian akhir selebaran itu dituliskan, apabila PA nantinya kalah, masyarakat Aceh Tengah (Takengon) khususnya suku Gayo dan Jawa yang memilih partai lain, akan kami lenyapkan dari muka bumi ini.

Pada demo yang dijaga ketat polisi, kemarin, pengunjuk rasa membacakan beberapa pernyataan sikap mereka. Cemerlang, perwakilan pendemo dari Bener Meriah, menyatakan pihaknya menolak intimidasi yang mengarah ke SARA atau perpecahan etnis yang dilahirkan oleh Partai Aceh.

Disebutkannya, intimidasi melalui selebaran tersebut telah memunculkan ketegangan sosial dan politik antara kelompok masyarakat yang pro NKRI dengan anasir separatisme yang berpotensi memicu konflik horizontal.

Pendemo juga menyatakan pihaknya menolak lahir dan besarnya Partai Aceh di Bumi Leuser Antara. Mereka juga mengajak seluruh warga yang berdomisili di Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk tidak memilih dan memberi satu suara pun kepada Partai Aceh.

“Bagi warga negara Indonesia khususnya suku Gayo dan Jawa yang memberikan suara untuk Partai Aceh dianggap pengkhianat. Peringatan ini lahir atas intimidasi dan teror dari Partai Aceh,” tandas Cemerlang dalam pernyataan sikap yang dibacakannya.

Politik Rendahan

Sementara Ketua Partai Aceh Kabupaten Aceh Tengah, Ibnu Sakdan alias Sapu Arang membantah kalau selebaran yang berisi ancaman tersebut dikeluarkan oleh Partai Aceh. ”Partai Aceh tidak pernah mengeluarkan selebaran semacam itu. Itu dilakukan orang yang kadar politiknya sangat rendah. Cobalah berpolitik secara sehat,” ujarnya.

Menurut Ibnu Sakdan, selebaran tersebut sudah ditempel di banyak tempat di Aceh Tengah sejak 15 hari lalu dan pihaknya telah melaporkan hal itu ke Panwasluh Aceh Tengah. ”Apa maksud dan tujuan selebaran itu, PA tidak pernah membuatnya. Hal ini malah akan menambah simpati warga pada Partai Aceh. Karena, masyarakat Aceh tidak bodoh,” sebutnya.

Ibnu Sakdan menyatakan selebaran itu dibuat oleh pihak yang ingin mengeruhkan suasana damai di Aceh. Bahkan, kata dia, dalam beberapa hari ini sekitar 1.500 bendera dan baliho milik Partai Aceh dicabuti orang tak dikenal.

Pidana Pemilu

Koordinator Posko Pemantauan HAM Pemilu 2009 di Aceh, Zulfikar Muhammad menyebutkan, Panwaslu harus menyelidiki kasus tersebut. Karena pola blackcampaign seperti itu merupakan pelanggaran pidana pemilu, sesuai dengan peraturan KPU No.19 tahun 2009.(zun/irs)


Berita Ini Berasal dari Web Site harian-aceh UsahaWeb.com

Massa SIRA Dihadang

Lhokseumawe | Harian Aceh--Ribuan orang simpatisan pendukung Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) gagal mengikuti kampanye terbuka di lapangan Cunda Plaza, Kota Lhokseumawe, Sabtu (28/3). Mereka dihadang dan diintimidasi di jalur-jalur akses ke lokasi itu. Sementara konvoi massa Partai SIRA di Bireuen dilempari batu yang melukai dua pendukung partai lokal tersebut.

Kendati demikian, suasana kampanye yang dihadiri Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) SIRA, Muhammad Nazar, mendapat sambutan meriah ribuan warga.

Muhammad Nazar, usai melakukan orasi politiknya di hadapan pendukungnya, mengatakan pihaknya mengecam keras aksi kekerasan menjelang pelaksanaan pemilu, seperti kasus intimidasi, teror atau ancaman yang dapat mencederai proses perdamaian Aceh.

Dia menyesalkan upaya penghadangan ribuan simpatisan Partai SIRA di sejumlah titik di Kabupaten Aceh Utara. Di antaranya, 9 truk dihadang di Desa Brandan, Kecamatan Cot Girek, 10 mobil dihambat di Kecamatan Seunuddon, 10 unit mobil di Matangkuli, 9 mobil di Jambo Aye, dan pengrusakan mobil simpatisan Partai SIRA di Keudee Krueng Geukueh, Dewantara.

“Kami akan laporkan kasus ini ke Panwas dan aparat kepolisian. Kalau tidak bisa ditindaklanjuti sebagai pidana politik, tentu ini bisa dianggap sebagai pengacau keamanan yang mengarah pada kriminal,“ sebut Nazar.

Nazar meminta kader SIRA tidak takut dengan perihal itu. Apalagi identitas sebagian pelaku dapat dikenali, yakni ada dari daerah setempat dan didatangkan dari kabupaten lain agar tidak mudah dikenali. “Jadi semacam ada modus baru. Tapi semua orang tahu lah, karena orang-orang itu pakai bahasa Aceh tok semua,“ jelas Nazar.

Anggota Panwaslu Lhokseumawe, Muchtar Yusuf menyatakan pihaknya telah menerima laporan tentang penghadangan massa Partai SIRA. Namun, karena masih ada kekurangan dalam berkas laporan pengaduan itu, sehingga diminta untuk melengkapinya terlebih dahulu.

Dilempari Batu

Sementara itu, iring-iringan kendaraan mobil bak terbuka yang mengangkut puluhan massa Partai SIRA menuju Bireuen usai mengikuti kampanye di Samalanga dilempari batu oleh dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor dari arah berlawanan.

Insiden itu terjadi di kawasan Timur Komplek Kompi D Yonif 113/JS sekitar pukul 15.00 WIB. Batu mengenai pengemudi mobil, M Juned bin Ali, 50, dan serpihan kaca mobil mengenai wajah Nazariah, 51, warga Desa Jangka Mesjid, Kecamatan Jangka.

Menurut sejumlah saksi mata, kendaraan bak terbuka jenis Chevrolet yang dikemudikan Juned membawa dua puluh orang simpatisan Partai SIRA dari Kecamatan Jangka, Bireuen. Mobil tersebut tertinggal di belakang karena menunggu rekan mereka yang mengendarai sepeda motor dan mogok di jalanKondisi itu dimanfaatkan pelaku melempari mobil tersebut. Usai melempar batu, kedua pelaku tancap gas ke arah Barat.

Kejadian itu ikut diakui Kapolsek Pandrah Ipda Mawardi Juned. “Kedua pelaku berhasil kabur,” ujarnya.

Amiruddin, anggota Panwaslu Bireuen, mengatakan pihaknya telah menerima laporan melalui SMS dari pengurus SIRA Bireuen tentang adanya pelemparan batu terhadap peserta konvoi Partai SIRA. “Sudah dikasih tahu tadi melalui SMS,” ujar Amiruddin.

Wagub Aceh Muhammad Nazar kemarin batal melakukan kampanye terbuka di Lapangan Blang Asan, Kecamatan Peusangan, Bireuen. Khairil Miswar, Ketua Komite Pimpinan Wilayah (KPW) Partai SIRA Bireuen melalui telepon seluler mengatakan massa SIRA sempat berkonvoi bersama dengan rombongan pengurus tinggi partai itu.

“Kami sempat konvoi bersama Nazar tadi pagi, beliau mengejar waktu agar bisa ikut kampanye di Langsa, sehingga batal berorasi di Bireuen,” kata Khairil Miswar.

Kampanye Partai SIRA kemarin dihadiri seribuan warga yang datang dengan puluhan mobil bak terbuka maupun mobil pribadi. Mereka datang dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Bireuen. Massa Partai SIRA mulai berkumpul di beberapa titik sejak pukul 10.00 WIB. Mereka kemudian berkumpul di Lapangan Blang Asan, Peusangan hingga kampanye terbuka usai. Juga terlihat puluhan abang beca yang membawa bendera Partai SIRA.(win/del/job)

Berita ini Berasal Dari web Site harian-aceh

Thursday, 26 March 2009

Kampanye Partai SIRA Dibubarkan Paksa,

Wednesday, 25 March 2009 02:41
Banda Aceh | Harian Aceh--Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Banda Aceh membubarkan secara paksa kampanye terbuka Partai Suara Independent Rakyat Aceh (SIRA) yang digelar di Lapangan Bola BSA Gampong Blang Cut, Lueng Bata, Selasa (24/3). Sementara kader Partai SIRA Abdya gagal mendatangi lokasi kampanye karena dihadang oleh kelompok tertentu di beberapa lokasi.

Disebutkan, kampanye Partai SIRA Kota Banda Aceh dinilai melanggar ketentuan yang ditetapkan KIP setempat. Kampanye yang dijadwalkan dari pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB, ternyata diperpanjang hingga pukul 16.20 WIB.

“Pembubaran ini kami lakukan karena adanya permintaan dari anggota Panwaslu yang berada di lapangan. Peringatan telah kita lakukan selama tiga kali, sehingga pada peringatan yang ke empatnya kita bubarkan paksa,” ujar Kapoltabes Banda Aceh Kombes Pol Syamsul Bahri, melalui Kapolsek Lueng Bata Iptu Saiful Hadi SH.

Dengan alasan kampanye baru dimulai pukul 14.30 WIB, maka diberikan izin untuk menggunakan waktu tambahan lima menit. “Tapi, pada pukul 16.05 WIB lewat ternyata masih dilaksanakan kampanye sehingga Panwaslu memberikan peringatan pertama. Pada pukul 16.10 WIB diberikan peringatan kedua, serta pukul 14.15 WIB diberikan peringatan ketiga. Namun tidak didengar juga, sehingga Panwaslu meminta kita (polisi—red) untuk membubarkannya,”ucap Saiful Hadi.

Menyangkut hal ini, Sekretaris Partai SIRA Kota Banda Aceh, Zakaria Praja menyatakan pihaknya meminta maaf atas kejadian ini. “Kita minta izin untuk membacakan doa sebagai penutup saja,” papar dia pada pihak kepolisian dan Panwaslu.

Pantauan Harian Aceh, pelaksanaan kampanye Partai SIRA Kota Banda Aceh dihadiri para abang becak dan kaum ibu. Bahkan, kampanye itu dimulai dengan konvoi becak mesin yang dihiasi dengan atribut Partai SIRA.

Sekitar 500-an warga mendengar orasi Ketua Umum DPP Partai SIRA Muhammad Taufik Abda yang tampil sebagai salah seorang jurkam, kemarin. Secara keseluruhan, kampanye Partai SIRA Banda Aceh berlangsung tertib.

Sementara Partai SIRA Aceh Besar juga menggelar kampanye terbuka pada waktu bersamaan di Lapangan Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya. Ratusan warga khidmat mendengarkan orasi politik dari sejumlah jurkam partai yang digawangi mantan aktivis Sentral Informasi Referendum Aceh itu.

Dihadang

Sedangkan kampanye Partai SIRA di Lapangan Pante Pirak, Kecamatan Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya), hanya dihadiri ratusan warga, Selasa (24/03) Menurut beberapa pengurus partai yang ditemui di lokasi kampanye, minimnya massa yang hadir disebabkan adanya penghadangan di beberapa lokasi oleh kelompok tertentu, sehingga para kader Partai SIRA tidak berhasil mendatangi lokasi kampanye.

Tgk Hamzah SSos, Pimpinan Majelis Tinggi Partai SIRA, mengaku pihaknya menemukan adanya intimidasi dan ancaman kepada para kader partai yang akan mengikuti kampanye terbuka. Sehingga, mereka tidak berhasil mengikuti kampanye terbuka yang langsung dihadiri Ketua Majelis Tinggi Partai SIRA Muhammad Nazar.

“Kami akan melaporkan secara resmi ke Panwaslu terkait adanya intimidasi serta ancaman kepada para kader kami,” ujar Hamzah yang juga Caleg DPRA.

Dikatakannya, indikasi adanya ancaman terhadap para kader yang akan mengikuti kampanye tersebut sudah berlangsung sejak sehari sebelumnya atau pada Senin (23/3). “Ada orang-orang dari kelompok tertentu yang mendatangi rumah-rumah kader dan simpatisan partai dan melarang untuk mengikuti kampanye yang akan dilakukan secara terbuka serta dihadiri Wagub Muhammad Nazar,” sebut Hamzah.

Muhammad Nazar juga menegaskan, ada pihak-pihak yang sepertinya takut dengan kemenangan Partai SIRA. “Upaya-upaya penghadangan serta intimidasi seperti yang terjadi di Abdya ini menunjukkan bahwa ada kelompok tertentu yang tidak menginginkan kehadiran Partai SIRA sebagai kontestan pemilu. Dan, hal seperti ini sudah puluh kali terjadi,” kata Nazar dalam konfrensi pers, kemarin.

Menurut Nazar, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan beberapa pihak termasuk dengan pimpinan Partai Aceh agar tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. “Jangan takut jika Partai SIRA menang, karena kami juga siap jika partai lain yang menang. Kita boleh beda azas seperti SIRA azas Islam atau PA azas Pancasila. Yang dilihat oleh masyarakat bukan sekedar azasnya, tapi juga perilakunya,” jelasnya.

Ketua Panwaslu Abdya Zalsufran yang dihubungi Harian Aceh, kemarin, menyatakan sudah mengetahui tentang adanya intimidasi tersebut dari laporan secara lisan oleh beberapa pengurus Partai SIRA. Tetapi, menurutnya, berdasarkan hasil cek ke lapangan tidak ditemukan adanya indikasi seperti yang dilaporkan tersebut.

“Kita sudah cek ke lapangan, tapi tidak ditemukan adanya indikasi apapun seperti yang dilaporkan pihak Partai SIRA,” kata Sufran.

Kampanye Partai SIRA Abdya yang semula dijadwalkan berlangsung dua jam sejak pukul 09.00 WIB sempat molor setengah jam. Panitia sempat melakukan lobi-lobi dan meminta penambahan waktu. Setelah disepakati, akhirnya kampanye dapat diteruskan dan ditutup dengan doa tepat pada pukul 11.30 WIB.

“Kita memberikan penambahan waktu, karena memang tadi ada sedikit keterlambatan dari rombongan partai serta menghormati permintaan langsung oleh Wagub,” jelas seorang anggota Panwaslu.(mrd/fr)

Berita ini Berasal Dari website Harian aceh

Pembubaran Kampanye Partai SIRA


Thursday, 26 March 2009 03:04
Banda Aceh | Harian Aceh--Panitia Pengawasan Pemilu (Panwaslu) Aceh mengingatkan para pimpinan partai politik agar tidak melakukan kampanye di luar batas waktu yang ditentukan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh. Hal itu ditegaskan kembali terkait pembubaran kampanye Partai SIRA di Banda Aceh.

“Jika partai melakukan kampanye di luar batas yang telah ditentukan KIP atau pada jadwal kampanye partai lain, kami akan bubarkan tanpa ada pengecualian,” kata Nyak Arif Fadilah Syah, Ketua Panwaslu Aceh, Rabu (25/3).

Dijelaskannya, kampanye terbuka di luar jadwal yang telah ditentukan melanggar undang-undang pemilu. Hal tersebut dinilai sebagai tindak pidana, sebagaimana diatur dalam peraturan KPU Nomor 19/2008. “Dalam peraturan KPU Nomor 19/2008 pasal 13 disebutkan waktu kampanye terbuka partai politik dimulai pukul 09.00-16.00 WIB. Jika melewati waktu tersebut kami akan perintahkan polisi untuk membubarkannya,” sebutnya.

Menyangkut sanksi terhadap Partai SIRA yang telah melakukan kampanye melewati batas, Arif mengaku tidak memberikan hukuman karena kampanye partai tersebut telah dibubarkan oleh polisi.

“Kami tidak memberi hukuman lagi kepada Partai SIRA karena polisi telah membubarkan kampanye mereka. Di samping itu, waktu yang dipergunakan Partai SIRA juga hanya melebihi sekitar 10 menit. Jadi diambil kebijakan kearifan lokal,” tutur Arif.

Terkait pelibatan Warga Negara Asing (WNA) dalam mengikuti kampanye, kata dia, tidak melanggar hukum. Karena, siapa pun berhak menyaksikan kampanye terbuka secara langsung. Namun, menurut Arif, jika ada warga asing yang memantau pemilu secara langsung, pihaknya akan memeriksa kelengkapan dokumen mereka.

“Orang asing yang menonton kampanye PRA di Lhokseumawe itu cuma peneliti dan mereka bukan pemantau asing. Jika pemantau asing yang tidak melengkapi dokumen maka akan diusir Panwaslu dari lokasi, karena peraturan pemantauan asing telah diatur dalam undang-undang pemilu,” sebut Arif.

Dikatakannya, saat ini seluruh kecamatan di Aceh sudah memiliki Panwascam, sehingga memudahkan Panwaslu melakukan pemantauan terhadap pelanggaran yang terjadi di lapangan. “Kini pemantauan yang dilakukan Panwaslu semakin ketat karena Panwascam sudah terbentuk 100 persen,” sebutnya.

Sebelumnya diberitakan, Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Banda Aceh membubarkan secara paksa kampanye terbuka Partai Suara Independent Rakyat Aceh (SIRA) yang digelar di Lapangan Bola BSA Gampong Blang Cut, Lueng Bata, Selasa (24/3). Pasalnya, kampanye Partai SIRA Kota Banda Aceh dinilai melanggar ketentuan yang ditetapkan KIP setempat. Kampanye yang dijadwalkan dari pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB, ternyata diperpanjang hingga pukul 16.20 WIB.

Sementara pengurus KPW Partai SIRA Banda Aceh, Ir Asra mengklarifikasi berita Harian Aceh, Rabu (25/3) tentang pembubaran kampanye terbuka partai tersebut. Menurut mereka, kampanye tersebut bukan dibubarkan, melainkan cuma diperingatkan bahwa waktu kampanye sudah berakhir. Selain itu mereka juga mengklarifikasi soal kelebihan waktu yang dipergunakan, bukan 20 menit (sampai pukul 16.20) seperti ditulis Harian Aceh, melainkan 13 menit (16.13).(kar)

Berita ini berasal dari website Harian aceh

Baliho PA Dibakar

25Maret2009, LHOKSEUMAWE- Pengrusakan atribut danumbul-umbul partai kembali terjadi di Kota Lhokseumawe. Selasa (24/3) kemarin, kasus itu menimpa baliho dan bendera milik
Partai Aceh (PA) dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang dipasang di Jalan Pase, Kota Lhokseumawe.

Informasi yang dikumpulkan Serambi di lapangan, baliho milik PA yang dibakar adalah baliho berukuran besar yang ada gambar 12 caleg PA untuk wilayah pemilihan Aceh Utara dan Lhokseumawe, serta tiga lembar bendera yang ada di sekitar lokasi. Sedangkan baliho PAN ukurannya lebih kecil. Baliho ini adalah milik seorang caleg DPR RI dengan nomor urut 9. Hingga kemarin sore, belum diketahui pelaku dari peristiwa dimaksud.

Pelaksana Harian Sekretaris PA Lhokseumawe, Faisal Rasyidi, yang ditemui di lokasi mengatakan, pihaknya baru mengetahui adanya pembakaran terhadap alat peraga kampanye sekitar pukul 16.00 WIB. Sehingga langsung menuju ke TKP untuk memastikan kebenaranya.

Namun saat disinggung pelakunya, Faisal mengaku hingga kini belum mengetahui. Sempat memang mencoba bertanya-tanya pada warga yang berada di sekitar lokasi. Namun tidak ada yang mau mengatakan siapa pelaku pembakaran tersebut.

Ketua Panwaslu Lhokseumawe, Muhammad AH, didampingi anggotanya Muktar Yusuf yang juga ditemui di lokasi kejadian mengatakan, setelah mendapatkan laporan, langsung menuju ke TKP. Namun sejauh ini pihaknya belum dapat menindaklanjuti masalah ini. Sehubungan tidak ada laporan.

“Sesuai dengan aturan, masih ada batas waktu beberapa hari untuk menunggu laporan terhadap kasus ini. Setelah ada yang melapor baru bisa ditindaklanjuti sesuai prosedur hukum,” demikian Muhammad AH.(bah)

Berita ini di ambil dari websira serambinews

PRA Gebrak Arena Kampanye

25 Maret 2009, 09:23 BANDA ACEH - Para juru kampanye Partai Rakyat Aceh (PRA) dari Dewan Pimpinan Pusat PRA, Selasa (24/3) kemarin, menggebrak sejumlah arena kampanye di Aceh Tamiang, Langsa, Kota Lhokseumawe, dan Bireuen.

Informasi yang dihimpun Serambi dari sejumlah daerah, dan keterangan Sekjen DPP PRA, Thamren Ananda menyebutkan, kampanye PRA terbesar dan termeriah berlangsung di lapangan Desa Bundar, Kecamatan Karang Baru. Massa yang memadati arena kampanye antusias mengikuti pemaparan program PRA yang disampaikan silih berganti oleh Thamren Ananda (Sekjen DPP), Munir Azis dan Muliadi (caleg DPRA), Syafruddin KS (Ketua DPW) Tamiang, dan Aprizal Rozi (Sekretaris DPW Tamiang). Kegiatan itu juga dihadiri oleh seluruh caleg DPRK.

Kampanye yang dimeriahkan oleh penampilan grup band asal Medan, Merah Hitam Band, politisi muda dari PRA menyorot kinerja pemerintah Aceh yang sampai saat ini dinilai belum maksimal dalam ketiga hal itu. Kampanye tersebut mengangkat tema utama tentang tiga program PRA yang dinilai sangat mendesak bagi rakyat Aceh saat ini. Yakni lapangan kerja, pendidikan dan kesehatan gratis serta berkualitas, serta rakyat Aceh berdaulat terhadap sumber daya alam.
Mengenai pendidikan dan kesehatan, para jurkam PRA menilai bahwa kinerja pemerintah belum cukup maksimal. “Jangankan untuk gratis, amanat 20 persen anggaran pendidikan dalam APBA saja belum bisa dipenuhi. Padahal kalau melihat Aceh dalam konteks kekhususan, secara filosofi harusnya anggaran pendidikan Aceh adalah 30 persen, karena ada penambahan dana perimbangan keuangan. Jadi Aceh harus di atas nasional,” ujar Thamren.

Sementara mengenai kebijakan Pemerintah Aceh dalam hal pengelolaan investasi asing, Thamren menilai saat belum saling menguntungkan. “Buktinya, hampir semua investasi asing di Aceh saat ini belum bisa memberikan manfaat signifikan bagi Pemerintah dan rakyat Aceh,” ujar dia.

Kontrak politik
Sementara di Kota Langsa, selain menggelar kampanye di atas panggung, para aktivis PRA juga memanfaatkan jatah hari kampanye mereka dengan membagi-bagikan kontrak politik kepada warga di persimpangan jalan Ahmad Yani, depan kantor pos. Sedangkan di arena kampanye di lapangan bola kebun lama, Kecamatan Langsa lama, massa PRA dihibur dengan seni budaya kuda kepang.

Ketua PRA Kota Langsa, Edy Sahputra kepada Serambi mengatakan, satu hari yang diberikan KIP untuk kampanye terbuka di Kota Langsa tidak saja digunakan untuk kampanye di lapangan, namun juga digunakan untuk menyosialisasikan kontrak politik partai kepada warga sehingga mereka mengetahui komitmen PRA. “Komitmen PRA berbeda dengan partai lain, selain programnya yang jelas juga pertangungjawaban moral terhadap warga juga diperjelas,” ujarnya.

PRA, kata dia, hanya minta waktu tiga tahun kepada rakyat Aceh untuk melakukan perubahan di bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan sumber daya alam. “Jika tidak berhasil maka seluruh caleg PRA akan mengundurkan diri dari anggota dewan secara masal. Saya pikir, belum ada partai seberani PRA untuk komitmen moral dan kontrak politik ditandatangani di notaris,” ujarnya Edy mengutip isi kontrak politik yang mereka tanda tangani.

Ia menyebutkan, pembagian kontrak politik dilakukan agar warga mengetahui dengan sebenarnya tututan mendesak rakyat disamping menjadi pegangan untuk menuntut PRA lalai ketika duduk di dewan. “Semua caleg PRA turun ke lapangan membagikan kontrak politik tersebut,” ujarnya lagi.

Pada siang harinya, massa dan beca melakukan konvoi menuju lapangan kebun lama. Di sini, Ray Iskandar dalam orasinya, menjelas komitmen partai PRA terhadap rakyat dan berbagai permasalahan warga yang terjadi di Kota Langsa. Begitu juga Rizal Fahmi dan Sri Indrawati yang komit memperjuangkan kepentingan kaum perempuan.

Warga asing
Sedangkan di Kota Lhokseumawe, arena kampanye yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum DPP PRA, Aguswandi, Nurdin Ismail (caleg DPRA), dan sleuruh caleg DPRK Lhokseumawe dan Aceh Utara, sempat heboh dengan kehadiran tiga warga negara asing ke arena kampanye di lapangan eks gedung Cunda Plaza.

Terkait hal ini, Sekjen PRA, Thamren Ananda mengatakan, sempat terjadi kesalahpahaman dari pihak Panwaslu, KIP, dan Imigrasi terhadap keberadaan warga asing tersebut. “Petugas imigrasi sempat memintai paspor mereka, tapi mereka membawa dokumen lengkap, sehingga tidak ada persoalan apa-apa,” kata Thamren.

Namun, kesalahpahaman itu tidak berbuntut panjang, sehingga ketiga orang asing tersebut bisa melanjutkan mendengar program-program yang dipaparkan para jurkam sampai selesainya kampanye pukul 16.00 WIB, sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh KIP dan Panwas. “Setahu kami mereka hadir di sana atas keinginan sendiri, karena sedang menyusun thesis masalah perdamaian dan bantuan internasional untuk Aceh,” ujar dia.

Thamren juga menyebutkan, kampanye di lokasi itu diwarnai insiden penahanan puluhan mobil yang mengangkut massa PRA dari berbagai kecamatan oleh orang-orang yang belum diketahui identitasnya. “Informasi yang kami peroleh, hampir di semua kecamatan di Aceh Utara, mobil yang membawa massa PRA dicegah untuk hadir ke arena kampanye,” kata dia.

Di sini, para jurkam PRA juga menyorot tentang Aceh bukan milik sekelompok orang. “Semua orang dan parpol yang ada di Indonesia punya hak yang sama di Aceh,” kata Thamren mengutip materi kampanye yang disampaikan Aguswandi.

Sebelum berorasi di lapangan eks Cunda Plaza, Ketua Umum DPP PRA, Aguswandi juga sempat singgah di arena kampanye terbuka yang digelar PRA di lapangan sepakbola Blang Asan, Kecamatan Peusangan, Bireuen. Di arena kampanye ini, PRA mengutus Rahmad Jailani (Ketua Bappilu merangkap Menajer Poltik DPP PRA) sebagai orator utama yang memaparkan program-program PRA.

Informasi yang diperoleh Serambi dari Ketua Pokja Pencalonan dan Kampanye, KIP Bireuen, Ir Ridhwan, selain PRA, jatah kampanye di Bireuen kemarin juga milik Partai Persatuan Nahdhatul Ulama Indonesia (PPNUI) dan Partai Serikat Indonesia (PSI). Namun kedua partai itu tidak menggelar kampanyenya.(nal/md/muk)

Wednesday, 25 March 2009

Nazar Pukau Massa SIRA

MEULABOH – Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) menggelar kampanye terbuka di 13 kabupaten/kota, Selasa (24/3) kemarin. Hanya di Kabupaten Gayo Lues dan Simuelue, SIRA tidak melakukan kampanye terbuka (rapat umum). Ketua Majelis Tinggi Partai SIRA, Muhammad Nazar SAg, tampil memukau massa di Meulaboh, Aceh Barat dan Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya).

Menurut Nazar yang sedang cuti dari jabatan Wakil Gubernur (Wagub) Aceh untuk kampanye partainya, SIRA menggelar empat model kampanye kemarin. Selain kampanye terbuka dan konvoi, dilakukan juga pembagian bunga perdamaian dan berkunjung ke rumah-rumah warga. “Semua itu berjalan baik dan diikuti secara antusias oleh masyarakat sejak pagi hingga sore,” ujarnya.

Kampanye Nazar di Aceh Barat dipusatkan di Kuta Padang, Meulaboh, sejak pukul 15.30 WIB. Lebih dari seperempat Lapangan Kuta Padang dipadati massa yang berasal dari Aceh Barat, maupun Nagan Raya. Mereka berkonvoi sambil meneriakkan yel-yel “hidup SIRA”.

Kampanye itu dibuka dengan menampilkan jurkam lokal, Tgk Rusdi (Ketua KPK Partai SIRA Kecamatan Bubon, Aceh Barat). Sedangkan Nazar tampil pada sesi penutup.

Dalam orasinya, Nazar mengingatkan kader dan simpatisan Partai SIRA tidak perlu takut terhadap intimidasi dan teror yang dilakukan pihak tertentu terhadap partainya. “Kita tidak perlu takut dan terus berjuang demi perubahan Aceh yang cemerlang untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran di masa mendatang,” katanya.

Topik tentang intimidasi dan teror itu disinggung Nazar, karena telah sampai laporan kepadanya dari kader SIRA bahwa ada pihak yang mengintimidasi massa partainya di Abdya kemarin. Aksi itu, menurutnya, tidak perlu dibalas. “SIRA tidak perlu membalas intimidasi dengan intimidasi,” tukas Nazar.

Sikap SIRA tidak membalas intimidasi, menurut Nazar, bukan karena takut. Tapi partai ini sudah bertekad untuk terus menjaga perdamaian yang sudah bersemi di Aceh sejak MoU Helsinki diteken pada 15 Agustus 2005.

Nazar juga mengajak massa untuk tidak salah pilih dalam pemilu yang berlangsung 9 April mendatang. “Kita tidak boleh salah pilih kalau Aceh ingin makmur. Barang siapa melakukan fitnah, teror, dan intimidasi itu adalah musuh bersama,” tukasnya.

Nazar kembali mengingatkan agar masyarakat Aceh tidak salah pilih dalam pemilu nanti, karena bila salah pilih justru akan membuat negeri ini tidak jelas arah dan pada akhirnya akan rusak dan hancur. Maka untuk itu, pengalaman dan agama harus dijadikan pedoman. “Karena dalam agama jelas telah disebutkan, serahkan sesuatu itu pada ahlinya. Jika tidak, maka tunggulah kehancurannya,” ujar Nazar yang mendapat aplaus dari massa sambil meneriakan yel-yel hidup SIRA dan Muhammad Nazar.

Ia contohkan, orang yang ahli dalam bidang militer, maka serahkan kepadanya perihal pertahanan negara. Orang yang ahli hukum, berikan kepadanya upaya penegakan hukum, sedangkan orang yang ahli mengatur masyarakat dan memimpin, serahkan padanya soal politik. “Partai SIRA telah memiliki orang yang Saudara inginkan tersebut,” kata Nazar di hadapan massa.

Terbalik
Sebelumnya, sekitar pukul 09.30 WIB, Muhammad Nazar berkampanye di Lapangan Pantee Perak, Susoh, Abdya. Mobil yang dia kendarai milik pribadi, bukan mobil dinas.

Rombongan Ketua Majelis Tinggi Parai SIRA itu bertolak ke Meulaboh. Dalam perjalanan, salah satu mobil rombongan terbalik di Gunong Trans, kawasan Desa Alue Itam, Kecamatan Tadu Raya, Nagan Raya, sekitar pukul 12.55 WIB kemarin.

Mobil Kijang Innova BL 836 AK warna metalik yang dikemudikan Ardiansyah itu terbalik di salah satu tikungan manis, akibat ban kiri depan pecah. Saat itu badan jalan licin oleh hujan. Sopir tak mampu mengendalikan laju mobil, sehingga terbalik dalam posisi miring. Tak ada korban jiwa dan hanya dua penumpang yang luka ringan dan terkilir, yakni T Nazaruddin dan Husaini.

Setelah ban mobil yang pecah itu diganti, mobil tersebut bergerak kembali ke Meulaboh. Namun, setiba di Simpang Peut, rombongan dicegat oleh masyarakat setempat yang sedang memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Rombongan baru diperbolehkan pergi setelah makan siang bersama masyarakat setempat.

Diintimidasi
Muhammad Nazar menyatakan penyebab tidak banyaknya massa yang hadir dalam kampanye terbuka di Lapangan Pantee Perak, Susoh, Abdya, adalah akibat adanya intimidasi dari kelompok tertentu terhadap pendukung SIRA. Tindakan ini dia nilai sebagai upaya untuk mengalahkan Partai SIRA dalam Pemilu 2009.

“Saya sangat kecewa atas kejadian ini. Tindakan ini jelas mengindikasikan ada pihak yang tidak menginginkan SIRA menang.” Nazar menambahkan, sesuai laporan yang ia terima bahwa telah terjadi intimidasi terhadap kader maupun simpatisan Partai SIRA. Konkretnya, adaa penghadangan yang dilakukan kelompok tertentu terhadap warga Gampong Cot Simantok dan Alue Jeureujak, Kecamatan Babahrot yang ingin menghadiri kampanye di Susoh pagi kemarin.

Terhadap kejadian ini pihaknya telah memerintahkan pengurus partai di daerah bersangkutan untuk melaporkan segera kasus itu ke panwaslu setempat.

“Tindakan yang dialami Partai SIRA seperti ini sebenarnya bukan kali ini saja, tetapi sudah puluhan kali. Untuk kali ini kami tidak mentolerir lagi, karena ini jelas sudah merugikan kami,” tegasnya.

Ketua Panwaslu Abdya, Zalsufran ST MSi yang dikonfirmasi Serambi kemarin mengatakan, terkait kasus tersebut pihaknya belum menerima laporan apa pun. “Kita belum terima laporan, maka apa yang mesti kita tindak lanjuti?” ujarnya bertanya.

Menurut Zulsufran, begitu menerima laporan tentang intimidasi tersebut, ia langsung mengontak panwalsu di kecamatan setempat guna melakukan pengecekan di lapangan. “Setelah dicek, ternyata tidak ada tindakan intimidasi yang dialami massa Partai SIRA. Meski begitu, kalau ada laporan tertulis akan saya tindak lanjuti,” janji Zalsufran.

Bagi bunga
Dari Aceh Singkil dilaporkan, kader dan simpatisan Partai SIRA melakukan konvoi kendaraan dan membagi-bagikan bunga kepada pengguna di jalan raya. “Di Singkil kita memang tidak menggelar kampanye, tapi dilaksanakan konvoi kendaraan damai dan bagi-bagi bunga,” kata Muhammad Nazar.

Sedangkan di Agara, meski diguyur hujan lebat, tapi kader dan simpatisan partai di kabupaten tersebut tetap menggelar kampanye dengan tertib dan sukses. Bahkan saat kampanye berlangsung di Agara, Pidie, dan Pidie Jaya, Nazar sempat menyampaikan orasi melalui HP yang disambungkan ke mikrofon. Ia mengajak massa untuk tetap terus menjaga perdamaian.

Diguyur hujan
Massa yang menghadiri kampanye Partai SIRA di lapangan bolakaki Kecamatan Padang Tiji, Pidie, kemarin, diguyur hujan. Namun, mereka tetap bertahan sampai kampanye berakhir.

Pantauan Serambi kemarin, massa yang datang dari segala penjuru di Pidie dengan tertib mendengarkan isi kampanye. Meski di bawah guyuran hujan, namun animo massa pendukung Partai SIRA tetap tinggi. Juru kampanye sekitar 15 menit berkoar-koar dengan aneka janji kepada massa yang berdiri di bawah guyuran hujan.

Caleg DPRA Aceh, Muhammad MTA dan Tami Anshar menjadi jurkam pada arena kampanye tersebut. Keduanya menguraikan isi pogram yang akan dijalankan ke depan jika partai ini bisa memenangkan pesta demokrasi ini.

Sementara itu, di Banda Aceh Partai SIRA menggelar kampanye terbuka di Lapangan Bola BSA Gampong Blang Cut, Kecamatan Lueng Bata. SIRA menurunkan sekitar enam juru kampanye yang terdiri atas para caleg dan juga Ketua DPP Partai SIRA Muhammad Taufik Abda.

Massa tampak antusias mendengarkan orasi politik yang disampaikan para caleg dan jurkam SIRA. Massa sempat dihibur dengan alat musik organ tunggal. Hampir semua massa mengenakan baju kaos partai SIRA lengkap dengan atribut bendera parpol yang dibawa para abang becak.
Suasana kampanye sangat bersahabat meski sudah pukul 15.00 WIB. Untuk menarik perhatian massa, beberapa jurkam SIRA naik ke podium menggelar orasi politik.

Setidaknya ada lima jurkam yang tampil. Semuanya menyuarakan isu berbeda, di antaranya isu pendidikan, kesejahteraan hidup, peningkatan ekonomi masyarakat, kesehatan, dan isu syariat Islam. Pada intinya, semua orasi yang disampaikan Partai SIRA menginginkan adanya perubahan mendasar pascapemilu 2009.

“Yang penting bagi partai SIRA adalah setelah pemilu nanti SIRA akan menjadi jembatan bagi aspirasi rakyat. Itu menjadi komitmen Partai SIRA 100 persen,” kata Muhammad Taufik Abda.

Kampanye di Siron
Usai berkampanye di Lapangan Bola BSA Gampong Blang Cut, Lueng Bata, Banda Aceh, Muhammad Taufik Abda berkampanye di hadapan simpatisan SIRA dari Aceh Besar.

Di hadapan massa yang telah memenuhi lapangan bola di Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Panwaslu Aceh Besar memberikan toleransi berkampanye kepada Taufik sekitar 10 menit. Pasalnya, dia naik panggung pada pukul 15.55 WIB atau lima menit lagi menjelang berakhirnya batas waktu kampanye.

Pada kesempatan singkat itu, Taufik berjanji SIRA membawa harapan baru untuk Aceh. “Harapan baru yang sangat perlu diwujudkan itu adalah peningkatan ekonomi rakyat, pendidikan, kesehatan, dan penegakan syariat Islam di Aceh,” ujarnya. (sup/sar/sal/nr/s)

Tuesday, 24 March 2009

Simpatisan SIRA

Simpatisan Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) melukis tubuhnya dengan cat berlambang partai tersebut saat kampanye di Lapangan Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu, (24/3). Pada hari ke delapan kampanye terbuka pemilu legislatif di Aceh,

partai nasional dan partai lokal mengisi kampanye dengan orasi politik, perkenalan caleg, pengobatan gratis dan hiburan musik. SERAMBI/M ANSHAR


KPG SIRA Diancam Bunuh

Senin, 23 Maret 2009 | 07:29
BIREUEN-Situasi menjelang pemilu di Aceh kian memanas, konflik eksternal antara dua partai lokal mulai mencuat. Anggota Partai Aceh (PA) dilapor mengintimidasi Ketua Komite Pimpinan Gampong (KPG) Partai SIRA Desa Dayah Mesjid, Kecamatan Kutablang saat kampanye PA di daerah itu, Jumat pekan lalu. Kasus ini akhirnya diadukan ke polisi, karena korban merasa keselamatannya terancam.


Ketua Umum Partai SIRA Bireuen, M Khairil saat ditemui Rakyat Aceh, Minggu (22/3) mengatakan, Ketua KPG SIRA Desa Dayah Mesjid, Hanafiah Hasan (45) telah diancam bunuh oleh kelompok pemuda dari anggota Partai Aceh, di bawah pimpinan M Nasir Yusuf (35) warga Desa Ujong Blang, Kecamatan Kutablang beberapa saat menjelang pelaksanaan kampanye PA di daerah itu, Jumat (20/3) siang.

Menurut dia, sejumlah pelaku intimidasi mengendarai sepeda motor hendak mengikuti kampanye. Namun ketika bertemu korban pada salah satu warung kopi di desa itu, M Nasir Yusuf alias Reube bersama rekannya Munardi alias Munat (27) warga Desa Pulo Pisang, Kecamatan Peusangan langsung menghentikan kendaraan mereka dan menghina Hanafiah.

Kemudian tersangka dan korban terlibat adu mulut, setelah mengatai Ketua KPG Partai SIRA itu sebagai cuak (kibus, red), yang harus dikirim ke Jawa karena sudah tidak ada tempat hidup lagi di Aceh.

Tiba-tiba rekan pelaku terus bermunculan, bahkan diperkirakan mencapai 20 orang dan langsung menunjuk mata korban, seraya mengatakan Hanafiah sebagai cuak keturunan PKI.

"Kamu tidak bisa hidup lagi di sini dan harus mati, dimasukkan ke dalam karung goni. Ternyata kamu yang menyuruh tentara datang ke sini untuk menembak orang-orang,” ujar Khairil mengutip keterangan pelaku bernama Rusyidi (32) warga Pulo Pisang, Kecamatan Peusangan.

Partai SIRA akhirnya melaporkan peristiwa itu kepada pihak kepolisian Polres Bireuen. Sesuai surat No.Pol : LP/89/III/2009/SPK”B” dengan menghadirkan dua saksi yang mengetahui kejadian tersebut,”Karena anggota Partai SIRA telah diancam maka kami mengadukan masalah ini pada polisi, sehingga menjadi pelajaran serta tidak lagi menimpa partai lain,” tukasnya.

Sekretaris DPW PA Kabupaten Bireuen, Muzakir saat dikonfirmasi koran ini via telepon seluler mengatakan, Partai Aceh tidak pernah menyerukan kadernya untuk melakukan intimidasi. Bahkan selalu menginstruksikan setiap anggota PA senantiasa berbuat baik terhadap orang lain.

Menurut dia, bermacam tudingan miring diarahkan kepada PA oleh para provokator yang asal berbicara, demi kepentingan politik. ”Kami tetap memegang komitmen untuk menjaga perdamaian Aceh, kader PA tidak pernah mengancam siapapun. Mungkin mereka hanya mengajak seluruh rakyat Aceh, agar menyampaikan aspirasinya melalui Partai Aceh,” sebut Muzakir.

Dia mengaku, keberadaan PA yang bertanggung jawab terhadap MoU Helsinki wajib menjadi pilihan masyarakat. Sehingga semua janji dan kesepakatan yang telah dicapai, dapat diwujudkan oleh PA selaku pihak yang mengikat perjanjian tersebut. Muzakir mengajak seluruh rakyat Aceh, bersatu membangun masa depan yang lebih baik serta memelihara perdamaian. ”Jika ada pihak-pihak yang melakukan provokasi terhadap PA, maka mereka bertujuan merusak perdamaian di Aceh,” tandasnya. (bah)

Sejumlah Kasus Belum Tuntas, Partai Aceh Pertanyakan Kinerja Polisi

Lhokseumawe | Harian Aceh--Partai Aceh mempertanyakan kinerja pihak kepolisian yang hingga kini dinilai belum berhasil mengungkap secara tuntas sejumlah kasus kriminal bernuansa politis yang menimpa kalangan Partai Aceh di Aceh Utara dan Lhokseumawe.

“Banyak kasus kriminal bersenjata dan bahan peledak yang menimpa Partai Aceh hingga kini belum berhasil diungkap satu pun oleh pihak kepolisian. Untuk itu, kita pertanyakan kinerja kepolisian selama ini yang sepertinya belum profesional.

Padahal, polisi memiliki kewenangan penuh menuntaskan kasus tersebut,” kata Ketua Partai Aceh Wilayah Aceh Utara, Tgk Zulkarnaini Hamzah, yang Ketua KPA Wilayah Samudra Pasai, dalam jumpa pers di Geudong Kecamatan Samudra, Aceh Utara, Senin (23/3).

Tgk Zulkarnai Hamzah didampingi Juru Bicara Partai Aceh Wilayah Aceh Utara dan Lhokseumawe, Tgk Dedi Safrizal menyebutkan, sejumlah kasus kriminal bersenjata dan bahan peledak yang menimpa partai itu antara lain, pemberondongan kantor DPW Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara. Pelemparan granat terhadap kantor Partai Aceh Sagoe Keude Aceh, Lhokseumawe. Penggranatan warung milik anggota KPA di Loskala, Lhokseumawe. Selain itu, pengrusakan atribut dua caleg dari Partai Aceh di Lhokseumawe berupa penempelan gambar monyet.

“Kami mensinyalir bahwa sejumlah tindakan kejahatan tersebut sengaja dilancarkan pihak-pihak yang antiperdamaian, yang takut Partai Aceh menang. Kasus itu bukan kriminal biasa, tapi tindak pidana pemilu, sehingga seharusnya pihak kepolisian yang sudah mendapat laporan pengaduan baik dari kami langsung maupun pihak Panwaslu, agar diungkap sampai tuntas untuk membuktikan bahwa penegakan hukum berjalan di Aceh,” kata Dedy Safrizal.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Zulkifli yang dihubungi Harian Aceh melalui Kasat Reskrim AKP Ricky P Kertapati, kemarin sore, mengatakan pihaknya terus berupaya mengungkap secara tuntas semua kasus tersebut. “Kasus pemberondongan kantor Partai Aceh di Aceh Utara, sudah turun langsung tim Labforkrim Poldasu untuk mengumpulkan barang bukti. Kemudian, kasus penggranatan warung di Loskala, serpihannya sudah kita kirim ke Labforkrim Poldasu. Kita sedang menunggu hasil Labforkrim untuk penanganan lebih lanjut,” kata Ricky.

Selain butuh waktu lama menunggu hasil Labforkrim, lanjut Ricky, pihaknya juga mengalami kendala minimnya saksi dalam beberapa kasus bersenjata dan bahan peledak yang menimpa Partai Aceh itu. “Saksi hanya bisa menjelaskan ciri-ciri kendaraan yang dipakai pelaku saat beraksi, tidak mengetahui secara persis wajah pelaku dan ciri-ciri lainnya. Dalam menangani kasus, kita butuh bukti yang cukup, tidak bisa menuduh orang sembarangan tanpa bukti yang kuat,” katanya.

Upaya Damai

Sementara itu terkait kasus pemukulan Ketua Komisi D DPRK Aceh Utara, Ismed Nur AJ Hasan, yang dilakukan oknum eks kombatan sekaligus simpatisan Partai Aceh, Ketua Partai Aceh Kabupaten Aceh Utara, Tgk Zulkarnaini Hamzah mengatakan bahwa pihaknya akan mengupayakan penyelesaian melalui jalur berdamai.

“Sebenarnya kasus itu tidak ada hubungannya dengan Partai Aceh, karena kasus itu akibat persoalan bisnis pribadi. Tapi, karena adanya tuduhan yang mengaitkan pelaku dengan Partai Aceh, maka akan kita upayakan penyelesaian secara damai dengan Pak Ismed. Hal ini kita lakukan untuk menghindari terus merembesnya kasus itu, karena kita tahu kasus itu mulai dimanfaatkan oleh pihak lain untuk menyerang partai kami. Jadi, kondisinya sudah tidak sehat lagi, sudah bermain banyak kepentingan di situ,” kata Tgk Zulkarnaini Hamzah.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Komisi D DPRK Aceh Utara, Ismed Nur AJ Hasan diserang oleh sekelompok orang yang merupakan eks kombatan sekaligus simpatisan Partai Aceh. Akibat serangan tersebut, Ismed mengalami pecah bibir dan ia sempat terjatuh ke selokan di lokasi kejadian, Desa Nibong Wakeuh Kecamatan Nibong. Motif penyerangan itu diduga terkait persoalan usulan proyek dalam APBK 2009.(irs)

Monday, 23 March 2009

Heboh, Gubernur Irwandi Diisukan Meninggal

Lhokseumawe | Harian Aceh--Isu Gubernur Aceh Irwandi Yusuf meninggal dunia dalam perawatan di Singapura membuat heboh ban sigom naggroe. Menanggapi isu murahan tersebut, Irwandi mengaku sudah tahu pelakunya. “Mungkin karena saya tidak mampu dirangkul, makanya mereka terus menebar hal-hal seperti itu,” katanya, kemarin.

Sejak pagi hingga siang kemarin, Harian Aceh mendapat sejumlah pertanyaan dari berbagai kalangan terkait kebenaran informasi yang menyebar melalui pesan singkat (SMS) bahwa Gubernur Irwandi telah meninggal di Singapura. Pertanyaan terkait hal itu tidak hanya datang dari kalangan sipil, tetapi juga pihak militer.

Isi SMS itu selengkapnya: “Innalilahi wainna ilaihi rajiun. Ka geu woe bak Allah, pemimpin geutanyoe Tgk Agam (Tgk Irwandi Yusuf/Gubernur Aceh) bak poh 23.40 WIB (Sabtu 21/9) di rumoh saket hospital tropycana Singapura. Jenazah almarhum akan geu woe u nanggroe Aceh dengan pesawat khusus poh 6 uroe Minggu singoh beungoh. Wassalam”.

Gubernur Irwandi saat dihubungi melalui telepon selular, Minggu (22/3) siang, sempat berkelakar, “Nyo nyang peugah haba borong (hantu), lon ka matee.”

Setelah diam sejenak, Irwandi mengaku sudah mengetahui pelaku yang menebarkan isu sesat tersebut. “Saya sudah tahu pelakunya, mereka ‘pemain lama’ yang anti-perdamaian, yang takut Partai Aceh menang, yang saket punggong manok ka jitoh boh,” kata Irwandi dengan gaya bahasa khasnya.

Menurut Irwandi, ‘pemain lama’ yang anti-perdamaian terus saja berupaya menyudutkan dirinya di mata publik karena hingga kini ia masih berjalan pada rel yang benar. “Mungkin karena saya tidak mampu disogok, tidak mampu dirangkul. Bagi saya di masa perang, ya, perang, di damai, ya, damai. Tidak ada istilah kompromi dengan hal-hal yang tidak baik,” katanya.

Ia menilai pelaku penyebar isu sesat tersebut telah melakukan tindakan bodoh. Dikhawatirkan, kata dia, malapetaka justru akan berbalik kepada si penebar isu itu. “Bagi saya biasa-biasa saja, karena sejak diamanahkan memimpin Aceh ini sampai sekarang, saya tidak berniat peu hebat droe. Ka han ase lon peutameng semua rakyat Aceh ke dalam syurga, paling tidak jangan sampai masuk neraka,” kata Irwandi.

Sementara Kepala Biro Keistimewaan Aceh Drs Djafar Djuned MSi menyatakan isu Irwandi meninggal hanya fitnah menjelang pemilu, mungkin karena Irwandi menjadi jurkam salah satu partai politik di Aceh.

“Itu cuma fitnah menjelang pemilu. Beliau sudah sehat, kemarin hanya capek kampanye saja. Karena lelah maka periksa kesehatannya, dalam dua hari ini akan pulang ke Aceh,” sebutnya.

Djafar juga mengaku mendapatkan SMS tersebut. Namun, karena yang mengirimnya tidak dikenal sehingga dia langsung menelepon kembali ke nomor yang kirim SMS tersebut. Namun pemilik nomor itu tidak mengangkat telepon selulernya.

“Tadi pagi (kemarin—red) saya juga dapat SMS tersebut. Setelah itu saya telepon, nomornya aktif namun tidak diangkat. Sehingga saya hapus SMS itu. Saya kira itu cuma fitnah orang yang tidak punya kerjaan,” kata Djuned.

Djuned berharap, semua pihak arif dan bijaksana serta tidak menyebarkan teror dan fitnah menjelang pemilu. Apalagi isu yang dapat menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

“Kita berharap semua pihak tidak menyebarkan fitnah di tengah-tengah masyarakat. Apalagi sekarang menjelang pemilu. Yang jelas Pak Irwandi sudah sehat dan akan pulang dalam dua hari ini ke Aceh,” sebutnya.(irs/kar)

Sunday, 01 March 2009

Heboh, Gambar Caleg Partai Aceh Diganti Muka Monyet

Saturday, 28 February 2009 06:15
Lhokseumawe | Harian Aceh—Gambar Nurajda, calon anggota legislatif dari Partai Aceh yang terpampang dalam baliho di Jalan Pase, Keude Aceh, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe mendapat pelecehan dari oknum tidak bertanggung jawab, Jumat (27/2). Gambar wajah caleg nomor urut enam dari daerah pemilihan (Dapil) Banda Sakti itu diganti dengan muka monyet.

Pantauan Harian Aceh, baliho milik Nurajda berukuran 1,5x 2 meter itu dipajang berjejer dengan baliho sejumlah caleg lainnya, persis di depan terminal angkutan kota yang belum difungsikan di Jalan Pase. Insiden langka itu membuat heboh warga Kota Lhokseumawe. Sejumlah warga termasuk pengguna jalan sempat melihat langsung baliho tersebut sebelum diamankan pihak Panwaslu sebagai barang bukti.

Nurajda, caleg pemilik baliho tersebut saat ditemui di lokasi, mengaku amat kecewa dan terpukul akibat ulah oknum yang merusak gambarnya. “Penempelan gambar monyet pada baliho saya merupakan tindakan jahat yang tidak bisa ditolerir. Mungkin kehadiran saya yang didukung Partai Aceh dianggap lawan keras partai-partai lain dalam merebut kursi di DPRK Lhokseumawe,” kata istri seorang mantan petinggi GAM ini.

Salah seorang aktivis Partai Aceh, Din Dino memperkirakan bahwa gambar monyet itu ditempel pada saat masyarakat sedang melaksanakan ibadah salat Jumat, karena kawasan tersebut tergolong sepi dari lalu lalang warga. “Pelakunya sangat biadab, telah merusak dan melecehkan baliho caleg Partai Aceh,” kata Din Dino, saat ditemui di lokasi baliho tersebut.

Dino menyebutkan, pengrusakan dan pelecehan terhadap atribut Partai Aceh bukan kali ini saja. Sehari sebelumnya, kata dia, ratusan bendera Partai Aceh yang dipasang di kawasan Rumah Sakit Sakinah, di Desa Hagu Tengah Kecamatan Banda Sakti telah hilang. “Sebanyak 170 lembar bendera PA yang kami pajang, hilang. Ini bukti bahwa ada pihak-pihak yang sengaja mengusik dan merusak ketenteraman daerah jelang Pemilu 2009,” katanya.

Muktar Yusuf, anggota Panwaslu Kota Lhokseumawe mengatakan pihaknya sudah mendata bukti pengrusakan dan pelecehan terhadap baliho caleg dari Partai Aceh itu. “Kita telah mengumpulkan bukti-bukti, yakni gambar moyet yang ditempelkan di muka caleg PA atas nama Nurajda,” katanya. Kasus tersebut akan ditindaklanjuti sesuai prosedur berlaku.(irs)