Sunday, 07 February 2010

Koin Dikumpulkan GPRS Sudah Lebih Rp 10 Juta * Puluhan Korban Tsunami Bantah Isu Pemaksaan

MEULABOH - Puluhan perwakilan korban tsunami Aceh Barat yang bergabung dalam wadah Gabungan Pejuang Rumah Tsunami (GPRS) menegaskan komitmen mereka untuk terus melaksanakan aksi pengumpulan koin guna membantu pemerintah yang hingga kini belum mampu memenuhi hak-hak korban tsunami. “Laporan yang mengatakan ada pemaksaan adalah fitnah. Kami terus bekerja, bahkan hingga kini jumlah koin yang terkumpul sudah Rp 10.474.725,” tandas Rizal selaku juru bicara perwakilan korban tsunami. Pernyataan itu disampaikan Rizal didampingi puluhan rekan-rekan senasibnya ketika mendatangi Biro Serambi Meulaboh, Sabtu (6/2) guna meluruskan laporan yang menyebutkan ada pemaksaan untuk mengumpulkan koin bahkan dikenakan denda antara Rp 50.000 hingga Rp 150.000/orang/hari jika tak mau melaksanakan pekerjaan itu. “Laporan itu sama sekali bohong. Orang yang menyebarkan kabar bohong itu bukan korban tsunami yang sedang memperjuangkan hak-haknya mendapatkan rumah,” tandas Rizal.

Dijelaskannya, laporan yang disampaikan pasangan suami istri, Muslim dan Sariati, sebagaimana dilansir Serambi edisi Sabtu (6/2) yang menyatakan ada pemaksaan dalam pengumpulan koin dan denda bagi yang menolak, merupakan pernyataan yang sama sekali tidak benar. “Perjuangan yang kami lakukan ini murni untuk memperjuangkan rumah bantuan untuk korban tsunami. Tak ada pemaksaan dari pihak mana pun,” ulang Rizal. Diakui Rizal, keberadaan Sariati dan Muslim dalam kelompok mereka untuk berjuang mendapatkan rumah korban tsunami, memang benar adanya namun mereka bukan korban tsunami. Berdasarkan pengecekan aparat Desa Suak Indrapuri, Kecamatan Johan Pahlawan, Muslim dan Sariati bukan warga setempat dan tak terkena musibah.

Saat musibah tsunami 26 Desember 2004, pasangan suami istri itu berada di luar Aceh, dan kembali setelah musibah kemudian bergabung untuk mendapatkan rumah. “Ketika mengetahui mereka bukan korban tsunami, akhirnya pasangan suami istri itu diminta supaya tak lagi bergabung,” kata Rizal dibenarkan Ketua GPRS, Edi Chandra. “Ini perlu kami perjelas agar tidak muncul fitnah dan salah pengertian,” demikian Rizal. Seperti diberitakan, meski disebut-sebut sudah ada komitmen antara korban tsunami dengan mahasiswa dan elemen sipil lainnya untuk bersama-sama mengumpulkan koin guna membantu biaya pembangunan rumah korban tsunami, tetapi dalam beberapa hari terakhir aksi itu mulai mencuatkan masalah. Ada korban tsunami yang mengaku dipaksa mengumpulkan koin dan diancam tak dapat rumah kalau mengingkari kesepakatan.(edi)

Akses m.serambinews.com dimana saja melalui browser ponsel Anda.


Klik Duit Untuk Anda


Domain free Anda

Friday, 05 February 2010

Kerbau SiBuYa Go International

VIVAnews - Kerbau SiBuYa sukses mendapat sorotan sejumlah media massa terkemuka internasional. Gara-gara penampilannya yang menghebohkan masyarakat ibukota dan mengundang komentar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sensasi SiBuYa akhirnya berhasil mendapat porsi pemberitaan di laman beberapa media masing.

Menurut pantauan VIVAnews, media-media asing yang memberitakan kerbau itu tergolong pemain elit. Mereka diantaranya laman milik stasiun televisi BBC dari Inggris.

Selain itu, sejumlah laman milik koran-koran terkemuka juga ikut memberitakan SiBuYa. Mereka diantaranya The Washington Post (AS), The Telegraph (Inggris), dan The Australian (Australia), hingga laman berita Arab, Gulf News.

Sejumlah kantor berita ternama seperti Associated Press, Reuters, dan AFP pun ikut memberitakan aksi protes yang unik itu.

Mereka rata-rata memberitakan larangan polisi Indonesia agar para pendemo tidak lagi mengerahkan kerbau dan hewan-hewan lain saat melakukan aksi unjuk rasa kepada pemerintah.

"Jalan protokol tidak boleh dilintasi hewan karena mereka bisa berkeliaran. Itu bisa mengganggu lalu lintas," kata seorang pejabat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafly Amar kepada BBC.

Beberapa hari lalu, para demonstran mengerahkan seekor kerbau, yang diberi nama SiBuYa sebagai simbol kekecewaan kepada pemerintahan Yudhoyono. Menurut para demonstran, pemerintah dinilai lambat dan bodoh seperti kerbau dalam menjalankan tugas, terutama dalam pemberantasan korupsi.

Aksi protes mengerahkan kerbau itu tidak saja membuat lalu lintas di pusat Jakarta menjadi macet, namun turut membuat tersinggung Yudhoyono. Cara berunjuk rasa dengan membawa binatang, apalagi ditempel gambar presiden memang tidak etis.

Sejumlah kalangan dan pembaca vivanews memprotes cara berunjuk rasa seperti ini. Ndang Supriatna, dalam komentarnya kepada VIVANews menuturkan: Kebebasan berekspresi sih boleh-boleh saja, tapi ya yang baik lah, enggak usah demo pake kerbau yg ditulisin Si Bu Ya plus gambar Pak SBY segala. Itu kan penghinaaan yg luar biasa kepada Simbol Negara

sumber : VIVANEWS





Klik Duit Untuk Anda


Domain free Anda