Mantan Pemimpin Tertinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Tgk Muhammad Hasan Ditiro, berpidato di depan ribuan masyarakat Aceh yang menanti kedatangannya di Mesjid Raya Banda Aceh, Sabtu (11/10) siang.
Hasan Tiro menyapa dengan salam dan menyebutkan, “lon katroh u Aceh, katroh u gampong (saya sudah sampai di Aceh, sudah sampai ke kampung halaman).”
Selanjutnya, Hasan Tiro yang sudah berumur 83 tahun itu meminta Mantan Perdana Menteri GAM, Malek Mahmud untuk membacakan amanatnya. Dalam amanatnya, Hasan Tiro menyampaikan rasa bahagianya dan rahmat yang diberikan Allah karena dapat bertemu dengan masyarakat Aceh.
“Belum pernah rakyat Aceh dari masa penjajahan mendapat kebebasan seperti ini. Rakyat mendapat kebebasan setelah adanya perdamaian di Aceh,” ujarnya.
Menurutnya, perdamaian lahir karena jerih payah rakyat Aceh yang telah bekorban. Perdamaian lahir setelah jatuhnya ratusan ribu korban semasa konflik dan bencana tsunami Aceh. Telah ada ribuan anak yatim di Aceh. “Ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memberi perhatian kepada mereka dan masyarakat Aceh sesuai kesepakatan Helsinki,” sebut Hasan Tiro.
Dia menyebutkan, 30 tahun konflik, Aceh hampir kehilangan segalanya. Hasan Tiro mengajak semua pihak untuk dapat bersama-sama membangun Aceh kembali. Membangun Aceh tentunya butuh pengorbanan, “biaya perang lebih mahal, biaya memelihara perdamaian juga lebih mahal.”
“Maka dari itu, peliharalah damai untuk kesejahteraan kita semua,” sambung Hasan Tiro.
Mantan pemimpin tertinggi GAM yang telah 30 tahun meninggalkan Aceh dan menetap di Amerika Serikat dan Swedia, juga menyampaikan terimakasihnya kepada pemerintah Indonesia yang komitmen terhadap menjaga perdamaian di Aceh.
Rakyat Aceh juga diajak untuk menjaga persatuan dan kesatuan dan jangan terpancing kepada kelompok-kelompok yang ingin memecah belah rakyat Aceh, dan mengacaukan damai di Aceh.
“Terimakasih kepada rakyat Aceh yang telah menanti kedatangan saya dan menerima saya di Aceh,” ujarnya.
Ribuan massa bersorak dan meneriakkan Wali Nanggroe untuk Hasan Tiro. Jalan di sekitar mesjid terbesar di Aceh itu macet total selama empat jam lebih. Umumnya massa mengusung bendera Partai Aceh (PA), partai lokal di Aceh yang didirikan oleh para mantan anggota GAM.
Muhammad Ali, seorang simpatisan PA yang datang dari Bireuen menyebutkan, dia sengaja datang ke Banda Aceh untuk melihat secara langsung Tgk Hasan Tiro. “Kami datang bersama kawan-kawan dengan biaya sendiri,” ujarnya.
Massa mulai meninggalkan mesjid raya sekitar pukul 14.00 WIB, setelah Hasan Tiro menyelesaikan jadwal pidatonya di depan masyarakat Aceh. Setelah itu, massa mulai kembali ke daerah masing-masing dengan menggunakan truk terbuka, mobil pribadi dan sepeda motor.
Usai acara di Mesjid Raya, Hasan Tiro menuju ke Pendopo Gubernur Aceh untuk beristirahat dan juga berjumpa dengan pejabat dan tokoh Aceh lainnya. Rencananya, Hasan Tiro akan berada di Aceh selama dua pekan ke depan.
Hasan Tiro tiba menginjakkan kaki di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, pukul 11.25 WIB. Dia terbang dari Malaysia bersama rombongan dengan pesawat carteran dari Malaysia. Ikut bersamanya, Mantan Petinggi GAM, Malek Mahmud dan Zaini Abdullah. Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Ketua KPA, Muzakkir Manaf juga terlihat bersama rombongan.
Rombongan disambut dengan pengawalan khusus dari anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) yang dipimpin oleh Abu Razak, Wakil Ketua KPA. Ratusan masyarakat dan simpatisan Partai Aceh melihat kedatangan Hasan Tiro dari luar pagar bandara.
Istri (Alm) Muhammada Usman Lampoh Awe, Pocut Sariwati binti Tgk Mahmud mendapat kehormatan untuk mengalungkan bunga kepada Mantan Pemimpin Tertinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Tgk Muhammad Hasan Ditiro.
Pocut Sariwati kepada Tempo menyebutkan, dia diminta khusus oleh panitia dari KPA untuk pengalungan bunga kepada Hasan Tiro. “Seharusnya sesuai adat orang Aceh, saya belum bisa keluar rumah, karena suami saya baru meninggal. Tapi karena yang pulang adalah saudara sepupu dan kawan dekat suami saya, saya ikut menyambut,” sebutnya.
Menurutnya, dia bangga dapat mengalungkan bunga langsung kepada Hasan Tiro yang telah 30 tahun mengasingkan diri ke Swedia. “Suami saya padahal sudah bersiap-siap untuk menjemput sendiri Hasan Tiro, tapi Allah berkehendak lain,” ujarnya. Tgk Muhammad Usman Lampoh Awe, Mantan Menteri Keuangan GAM meninggal pada 3 Oktober 2008 lalu di RSU Sigli, Kabupaten Pidie karena menderita Leukeumia. [udin]
No comments:
Post a Comment