BANDA ACEH - Puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Banda Aceh berdemo ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Selasa (28/4). Mereka yang mengatasnamakan gerakan mahasiswa peduli rakyat (Gempur) Aceh,
menolak kunjungan kerja (kunker) 69 anggota DPRA ke luar negeri (LN) yang dijadwalkan Mei 2009. Mereka menilai kunjungan itu hanya untuk menghamburkan uang rakyat Rp 3,4 miliar sebelum masa kerja DPRA periode 2004 - 2009 itu berakhir, September mendatang. Para mahasiswa dengan menggunakan sepeda motor dari kampus di Darussalam, Banda Aceh, tiba di gedung DPRA sekitar pukul 11.00 WIB.
Pengunjuk rasa hanya bisa berorasi di depan pagar gedung itu. Pasalnya, pintu pagar gedung itu dikunci karena di dalam ruang utama DPRA sedang rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu 2009 yang dipimpin KIP Aceh. “Rencana kunker anggota DPRA ke LN yang menghabiskan uang Rp 3,4 miliar, dengan rincian Rp 50 juta per orang adalah sebuah program konyol. Anggota DPRA, yang katanya perwakilan rakyat hanya mementingkan kepentingan pribadi dengan melancong ke luar negeri,” teriak koordinator aksi, Safruddin.
Pendemo secara bergantian berorasi. Mereka mengatakan seharusnya dana yang sudah dianggarakan Rp 3,4 miliar itu lebih bagus dimanfaatkan untuk pembangunan rumah dhuafa, korban konflik, korban tsunami, serta berbagai kepentingan publik di Aceh. Meski petugas Poltabes Banda Aceh, membuat pagar betis pengaman di pintu pagar bagian dalam halaman DPRA, pengunjuk rasa beberapa kali mendobrak pintu pagar itu dari luar. Pasalnya, hingga setengah jam berorasi tak ada seorang pun anggota DPRA yang menjumpai mereka. Bahkan mereka berulang kali mengucapkan kata-kata kotor kepada wakil rakyat Aceh itu, terutama kepada Ketua DPRA, Sayed Fuad Zakaria.
Selanjutya, para pendemo diterima seorang perempuan staf sekretariat DPRA. Saat itu sempat terjadi ketegangan antara pendemo dengan perempuan tersebut. Perempuan yang tak mau menyebut namanya itu mengatakan semua unsur pimpinan DPRA sedang tidak di kantor. Hal itu sesuai laporan sekretaris DPRA kepada dia. Menurut staf sekretaris DPRA itu, tuntutan para mahasiswa telah disampaikan ke sekretaris DPRA untuk diberitahukan kepada dewan. Ia meminta mahasiswa bersikap tenang karena hingga kini anggota DPRA belum mengurus visa, apalagi meminta izin Gubernur Aceh dan Mendagri, sebagai syarat dari kunjungan ke LN itu
Penjelasan itu tak diterima pendemo.”Bukan baru kali ini kami berdelegasi ke DPRA. Anggota dewan tak berani menjumpai kami. Tadi kami melihat ketua komisi A ada di gedung DPRA, kami hanya ingin mendengarkan statmen politik dari anggota DPRA tentang alasan mereka ke LN,” kata Fauzan. Karena penjelasannya tak didengar, wanita itu meninggalkan pendemo yang tetap berada di luar pagar DPRA. Sedangkan pendemo mengancam akan kembali melakukan aksi serupa untuk menjumpai anggota DPRA. Sebelum kembali ke kampus masing-masing, pendemo berorasi di Simpang Lima Banda Aceh. Aksi di kedua tempat itu berlangsung hingga satu jam.(sal)
http://www.serambinews.com/news/
Daftarkan diri Anda
Thursday, 30 April 2009
Mahasiswa Tolak Kunjungan Dewan ke LN
Labels:
demo,
Seratusan Warga Demo Tolak PA
Tuesday, 28 April 2009
Awas Dipecat Gara-gara Facebook
Swiss - Hati-hati kecanduan situs jejaring sosial face book. Bisa-bisa anda kehilangan pekerjaan seperti yang dialami seorang wanita di Swiss.
Ceritanya wanita yang identitasnya dirahasiakan itu meminta izin pada bosnya karena menderita sakit migrain. Wanita itu mengaku terlalu pusing untuk berada di depan komputer dan harus berbaring di ruangan gelap untuk meredakan sakit kepalanya.
Demikian seperti ditulis ananova.com dari BBC, Senin (27/4/2009).
Namun, perusahaan tempat wanita itu bekerja menemukan wanita itu membuka-buka acount facebook miliknya. Ia pun dituduh sebagai pembohong dan dipecat.
Wanita itu membela diri. Ia mengaku mengakses facebook via handphone miliknya di atas tempat tidur.
Ia pun mencurigai perusahannya telah membuat seorang kawan fiktif yang di-add dalam acountnya. Lewat 'kawan' inilah perusahaan bisa tahu aktivitas wanita ini.
Dugaan ini diperkuat karena 'kawan' tersebut mendadak hilang setelah ia dipecat.
Namun perusahaannya tidak mau ambil pusing. Mereka beralasan, siapapun yang cukup sehat mengakses facebook, berarti cukup sehat juga untuk bekerja di depan komputer.
(rdf/Rez) http://www.detiknews.com
Daftarkan diri Anda
Ceritanya wanita yang identitasnya dirahasiakan itu meminta izin pada bosnya karena menderita sakit migrain. Wanita itu mengaku terlalu pusing untuk berada di depan komputer dan harus berbaring di ruangan gelap untuk meredakan sakit kepalanya.
Demikian seperti ditulis ananova.com dari BBC, Senin (27/4/2009).
Namun, perusahaan tempat wanita itu bekerja menemukan wanita itu membuka-buka acount facebook miliknya. Ia pun dituduh sebagai pembohong dan dipecat.
Wanita itu membela diri. Ia mengaku mengakses facebook via handphone miliknya di atas tempat tidur.
Ia pun mencurigai perusahannya telah membuat seorang kawan fiktif yang di-add dalam acountnya. Lewat 'kawan' inilah perusahaan bisa tahu aktivitas wanita ini.
Dugaan ini diperkuat karena 'kawan' tersebut mendadak hilang setelah ia dipecat.
Namun perusahaannya tidak mau ambil pusing. Mereka beralasan, siapapun yang cukup sehat mengakses facebook, berarti cukup sehat juga untuk bekerja di depan komputer.
(rdf/Rez) http://www.detiknews.com
Daftarkan diri Anda
Labels:
Awas Dipecat Gara-gara Facebook
Tuesday, 07 April 2009
Mobil Caleg SIRA Dibakar
BIREUEN – Sebuah mobil sedan milik Zahary Sulaiman, caleg Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), Senin (6/4) sekitar pukul 03.30 WIB, dibakar orang tak dikenal saat diparkir di halaman ruko miliknya di kawasan Keude Matang Glumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Bireuen.
Sedan merk Corona XSaloon BL 450 FL warna hijau gelap yang baru dibelinya dua hari lalu nyaris tinggal kerangka. Namun, puluhan warga Keude Matang Glumpang Dua yang melihat kejadian itu segera memadamkan api yang membumbung tinggi. Akibatnya, ban kiri bagian belakang meledak dan hangus, cat dinding sebelah kiri terkelupas, bagian tengah hingga belakang ikut terbakar. Ia mengalami kerugian sekitar Rp 7 juta lebih.
Zahary kepada Serambi, kemarin mengatakan, sekitar pukul 03.30 WIB, istrinya terkejut mendengar suara dentuman keras. Kemudian dengan segera melihat ke luar, ternyata kendaraan yang diparkir di depan ruko tempat tinggal mereka sedang terbakar. Dalam sekejab, puluhan warga kawasan itu memadam api.
Ia mengaku tak tahu penyebab hingga mobilnya terbakar. Namun, ia menduga aksi pembakaran kendaraan miliknya sebagai bentuk teror karena dirinya tercatat sebagai salah seorang caleg Partai SIRA. “Kalau tangki meledak, kemungkinan Keude Peusangan ikut terbakar. Tapi, beruntung juga sebelum tangki meledak banyak warga yang memadamkan api,” katanya.
Pengurus Partai SIRA Bireuen, Khairil M kepada wartawan mengatakan, sebelum pembakaran terhadap mobil milik Zahary, beberapa orang tak dikenal mencari salah seorang caleg atas nama T Johan Marzuki yang beralamat di Kecamatan Jangka. “Kebetulan orang yang dicari tidak berada di rumah,” ujarnya.
Sebelum T Johan dicari mereka, saat maqrib, T Johan membagi-bagikan newsletter Partai SIRA kepada warga di kawasan Jangka. “Mungkin terkait dengan kegiatan itu, sehingga ia dicari orang tak dikenal,” tambah Khairil serya mengharapkan polisi dapat mengusut tuntas kasus pembakaran mobil dan intimidasi yang dialami caleg Partai SIRA itu.
Kapolres Bireuen, AKBP T Saladin SH melalui Kapolsek Peusangan, AKP Husaini yang sedang mengumpulkan keterangan pembakaran mobil caleg SIRA kepada Serambi mengatakan, informasi yang diperoleh pihaknya, sebelum aksi pembakaran itu terjadi, ada dua orang yang mengendarai sepeda motor kemudian menghilang. Setelah itu mereka menghilang dan kemudian diketahui adanya pembakaran mobil.
“Petugas terus melakukan pengembangan dan pengumpulan informasi untuk dilakukan pengusutan kasus tersebut. Sekitar pukul 10.00 WIB, tim identifikasi dari Mapolres Bireuen turun ke TKP melakukan tugasnya,” pungkasnya.(yus)
Berita Ini Berasal Dari Web site : serambinews
Sedan merk Corona XSaloon BL 450 FL warna hijau gelap yang baru dibelinya dua hari lalu nyaris tinggal kerangka. Namun, puluhan warga Keude Matang Glumpang Dua yang melihat kejadian itu segera memadamkan api yang membumbung tinggi. Akibatnya, ban kiri bagian belakang meledak dan hangus, cat dinding sebelah kiri terkelupas, bagian tengah hingga belakang ikut terbakar. Ia mengalami kerugian sekitar Rp 7 juta lebih.
Zahary kepada Serambi, kemarin mengatakan, sekitar pukul 03.30 WIB, istrinya terkejut mendengar suara dentuman keras. Kemudian dengan segera melihat ke luar, ternyata kendaraan yang diparkir di depan ruko tempat tinggal mereka sedang terbakar. Dalam sekejab, puluhan warga kawasan itu memadam api.
Ia mengaku tak tahu penyebab hingga mobilnya terbakar. Namun, ia menduga aksi pembakaran kendaraan miliknya sebagai bentuk teror karena dirinya tercatat sebagai salah seorang caleg Partai SIRA. “Kalau tangki meledak, kemungkinan Keude Peusangan ikut terbakar. Tapi, beruntung juga sebelum tangki meledak banyak warga yang memadamkan api,” katanya.
Pengurus Partai SIRA Bireuen, Khairil M kepada wartawan mengatakan, sebelum pembakaran terhadap mobil milik Zahary, beberapa orang tak dikenal mencari salah seorang caleg atas nama T Johan Marzuki yang beralamat di Kecamatan Jangka. “Kebetulan orang yang dicari tidak berada di rumah,” ujarnya.
Sebelum T Johan dicari mereka, saat maqrib, T Johan membagi-bagikan newsletter Partai SIRA kepada warga di kawasan Jangka. “Mungkin terkait dengan kegiatan itu, sehingga ia dicari orang tak dikenal,” tambah Khairil serya mengharapkan polisi dapat mengusut tuntas kasus pembakaran mobil dan intimidasi yang dialami caleg Partai SIRA itu.
Kapolres Bireuen, AKBP T Saladin SH melalui Kapolsek Peusangan, AKP Husaini yang sedang mengumpulkan keterangan pembakaran mobil caleg SIRA kepada Serambi mengatakan, informasi yang diperoleh pihaknya, sebelum aksi pembakaran itu terjadi, ada dua orang yang mengendarai sepeda motor kemudian menghilang. Setelah itu mereka menghilang dan kemudian diketahui adanya pembakaran mobil.
“Petugas terus melakukan pengembangan dan pengumpulan informasi untuk dilakukan pengusutan kasus tersebut. Sekitar pukul 10.00 WIB, tim identifikasi dari Mapolres Bireuen turun ke TKP melakukan tugasnya,” pungkasnya.(yus)
Berita Ini Berasal Dari Web site : serambinews
Wagub Minta Media Ciptakan Pemilu Damai
Banda Aceh | Harian Aceh--Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar meminta media massa membantu pemerintah ikut serta menciptakan suasana pemilu yang damai di Aceh. Media juga diminta ikut memantau jalannya Pemilu dengan meminimalisir pemberitaan yang bersifat provokatif sehingga mengancam perdamaian Aceh.
“Berita provokatif tersebut hanya akan memperkeruh perdamaian di Aceh sehingga pemilu terganggu,”ujar Wagub saat berkunjung ke redaksi Harian Aceh, Senin (6/4) kemarin.
Menurutnya, peran media massa dalam menciptakan suasana kondusif di Provinsi Aceh sangatlah besar. Kekuatan media ini harus dimaafkan untuk mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang damai dengan pemberitaan yang sejuk dan mendidik.
Meski diakui, media juga berperan memperkeruh suasana, tetapi media harus mampu tampil sebagai pelopor perdamaian. Berita-berita yang bisa menimbulkan konflik harus dihindari.
“Kecuali terhadap sejumlah insiden lapangan yang harus diberitakan secara transparan pada masyarakat agar mereka cerdas serta mengetahui kejadian sebenarnya terjadi,”ucap Nazar yang didampingi oleh Martin Desky, Asisten Bidang Pemerintahan Provinsi Aceh.
Terkait Pemilu damai 2009 pula, lanjut Wagub pada kesempatan yang kemarin, Pemerintahan Aceh sudah melakukan konsultasi dengan Mendagri untuk dapat memberikan pelatihan-pelatihan kedewanan pada anggota dewan terpilih nanti. Pelatihan ini dinilai sangat penting agar dewan terpilih dapat mengetahui tugas dan kewajiban serta fungsinya ketika bertugas di DPR Aceh nanti.
“Kita juga menyambut baik atas niat dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berencana mengadakan pelatihan anti korupsi terhadap dewan terpilih. Pelatihan-pelatihan seperti ini sangat penting agar hubungan antara daerah dengan pusat dapat terjaga sehingga perdamaian tidak terganggu,”paparnya.
Tambah dia lagi, tidak cuma oleh KPK dan Mendagri. Pelatihan seperti ini juga diharapkan dapat dilaksanakan oleh setiap partai yang ada di Aceh. “Masyarakat Aceh tentunya saja mengharapkan para dewan yang terpilih nanti adalah yang terbaik, dan ini adalah tugas partai masing-masing,”akhirinya.(mrd)
UsahaWeb.com
“Berita provokatif tersebut hanya akan memperkeruh perdamaian di Aceh sehingga pemilu terganggu,”ujar Wagub saat berkunjung ke redaksi Harian Aceh, Senin (6/4) kemarin.
Menurutnya, peran media massa dalam menciptakan suasana kondusif di Provinsi Aceh sangatlah besar. Kekuatan media ini harus dimaafkan untuk mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang damai dengan pemberitaan yang sejuk dan mendidik.
Meski diakui, media juga berperan memperkeruh suasana, tetapi media harus mampu tampil sebagai pelopor perdamaian. Berita-berita yang bisa menimbulkan konflik harus dihindari.
“Kecuali terhadap sejumlah insiden lapangan yang harus diberitakan secara transparan pada masyarakat agar mereka cerdas serta mengetahui kejadian sebenarnya terjadi,”ucap Nazar yang didampingi oleh Martin Desky, Asisten Bidang Pemerintahan Provinsi Aceh.
Terkait Pemilu damai 2009 pula, lanjut Wagub pada kesempatan yang kemarin, Pemerintahan Aceh sudah melakukan konsultasi dengan Mendagri untuk dapat memberikan pelatihan-pelatihan kedewanan pada anggota dewan terpilih nanti. Pelatihan ini dinilai sangat penting agar dewan terpilih dapat mengetahui tugas dan kewajiban serta fungsinya ketika bertugas di DPR Aceh nanti.
“Kita juga menyambut baik atas niat dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berencana mengadakan pelatihan anti korupsi terhadap dewan terpilih. Pelatihan-pelatihan seperti ini sangat penting agar hubungan antara daerah dengan pusat dapat terjaga sehingga perdamaian tidak terganggu,”paparnya.
Tambah dia lagi, tidak cuma oleh KPK dan Mendagri. Pelatihan seperti ini juga diharapkan dapat dilaksanakan oleh setiap partai yang ada di Aceh. “Masyarakat Aceh tentunya saja mengharapkan para dewan yang terpilih nanti adalah yang terbaik, dan ini adalah tugas partai masing-masing,”akhirinya.(mrd)
UsahaWeb.com
Friday, 03 April 2009
Mobil Ketua Partai SIRA Dibakar
SINGKIL – Mobil sedan Timor BL 577 PL, milik Ketua Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) Aceh Singkil, Subkiyadi, Jumat (27/3) sekitar pukul 04.00 WIB terbakar. Mobil tersebut diduga sengaja dibakar oleh orang tak dikenal (OTK). Ini kasus pertama di Singkil selama berlangsung kampanye terbuka.
Kakak Subkiyadi, Safrida, yang ditanyai Serambi kemarin yakin benar bahwa mobil adiknya itu sengaja dibakar oleh pelaku yang belum teridentifikasi. Soalnya, mobil tersebut dalam keadaan terparkir di depan rumah orang tua mereka, RT 03, Desa Kilangan, Singkil, sejak Kamis (26/3) pukul 15.00 WIB serta jauh dari sumber api yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.
Selain itu, sebelum terbakar, mobil yang ditaruh di areal terbuka itu sempat diguyur hujan. Jadi, mesinnya dalam keadaan dingin. “Tapi kok tiba-tiba terbakar, kalau tidak sengaja dibakar,” ujarnya.
Safrida yang pertama kali melihat mobil tersebut terbakar. Sekitar pukul 04.00 WIB ia terbangun dari tidur nyenyaknya untuk melaksanakan shalat sunat tahajud. Belum sempat ke luar kamar, Safrida mendengar bunyi kaca pecah, Tanpa curiga berlebihan dia teruskan niatnya untuk shalat tahajud.
Akan tetapi, lagi-lagi terdengar suara kaca pecah. Saat itu barulah Safrida teringat pada mobil yang terparkir di halaman rumah mereka. Ia mulai curiga, kaca mobil itulah yang pecah. Ia bergegas ke luar dari kamar dan menyingkap gorden ruang tamu. Betapa terkejutnya Safrida mendapati bagian belakang mobil adiknya tengah dilalap si jago merah.
Bergegas Safrida membangunkan ibunya yang kebetulan pada malam nahas itu Safrida hanya tidur berdua dengan ibunya di rumah itu. Mereka pun berteriak minta tolong pada tetangga terdekat. Puluhan tetangga korban pun terbangun dan langsung berjibaku memadamkan api yang kian membesar. Keran dan sumur yang kebetulan berada di dekat mobil dijadikan sumber air untuk memadamkan api.
Sayangnya, siraman air malah membuat api makin membesar lantaran bercampur dengan bensin yang berasal dari tangki mobil. Khawatir terjadi ledakan dari bagian mesin mobil dan merembet ke mobil lain yang kebetulan terparkir di sampingnya, warga pun mendorong mobil yang sedang terbakar itu ke tepi jalan.
Melihat api tak bisa padam, warga berinisiatif mengguyur api dengan pasir yang kebetulan teronggok tak jauh dari lokasi kejadian. Usaha ini akhirnya membuahkan hasil. Si jago merah mulai mengecil. Setengah jam kemudian, api berhasil dipadamkan.
Akibat kebakaran ini, bagian belakang mobil, kaca, dan tiga bannya hangus terbakar. Atribut kampanye Partai SIRA yang disimpan di dalam mobil itu, turut ludes. Kerugian pihak korban mencapai puluhan juta rupiah.
Saat sedan Timor biru milik Subkiyadi itu terbakar, ia sedang melakukan pertemuan dengan pengurus Partai SIRA di Kecamatan Kuala Baru, Aceh Singkil. Pelaku sepertinya tahu persis bahwa si pemilik sedang tak berada di rumah, saat mobil tersebut dibakar.
Polisi sedang mengumpulkan bukti-bukti terkait insiden pembakaran mobil Ketua Partai SIRA Aceh Singkil tersebut. (c39)
Tulisan Ini Berasal Dari Web Site Arlisbest news
Kakak Subkiyadi, Safrida, yang ditanyai Serambi kemarin yakin benar bahwa mobil adiknya itu sengaja dibakar oleh pelaku yang belum teridentifikasi. Soalnya, mobil tersebut dalam keadaan terparkir di depan rumah orang tua mereka, RT 03, Desa Kilangan, Singkil, sejak Kamis (26/3) pukul 15.00 WIB serta jauh dari sumber api yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.
Selain itu, sebelum terbakar, mobil yang ditaruh di areal terbuka itu sempat diguyur hujan. Jadi, mesinnya dalam keadaan dingin. “Tapi kok tiba-tiba terbakar, kalau tidak sengaja dibakar,” ujarnya.
Safrida yang pertama kali melihat mobil tersebut terbakar. Sekitar pukul 04.00 WIB ia terbangun dari tidur nyenyaknya untuk melaksanakan shalat sunat tahajud. Belum sempat ke luar kamar, Safrida mendengar bunyi kaca pecah, Tanpa curiga berlebihan dia teruskan niatnya untuk shalat tahajud.
Akan tetapi, lagi-lagi terdengar suara kaca pecah. Saat itu barulah Safrida teringat pada mobil yang terparkir di halaman rumah mereka. Ia mulai curiga, kaca mobil itulah yang pecah. Ia bergegas ke luar dari kamar dan menyingkap gorden ruang tamu. Betapa terkejutnya Safrida mendapati bagian belakang mobil adiknya tengah dilalap si jago merah.
Bergegas Safrida membangunkan ibunya yang kebetulan pada malam nahas itu Safrida hanya tidur berdua dengan ibunya di rumah itu. Mereka pun berteriak minta tolong pada tetangga terdekat. Puluhan tetangga korban pun terbangun dan langsung berjibaku memadamkan api yang kian membesar. Keran dan sumur yang kebetulan berada di dekat mobil dijadikan sumber air untuk memadamkan api.
Sayangnya, siraman air malah membuat api makin membesar lantaran bercampur dengan bensin yang berasal dari tangki mobil. Khawatir terjadi ledakan dari bagian mesin mobil dan merembet ke mobil lain yang kebetulan terparkir di sampingnya, warga pun mendorong mobil yang sedang terbakar itu ke tepi jalan.
Melihat api tak bisa padam, warga berinisiatif mengguyur api dengan pasir yang kebetulan teronggok tak jauh dari lokasi kejadian. Usaha ini akhirnya membuahkan hasil. Si jago merah mulai mengecil. Setengah jam kemudian, api berhasil dipadamkan.
Akibat kebakaran ini, bagian belakang mobil, kaca, dan tiga bannya hangus terbakar. Atribut kampanye Partai SIRA yang disimpan di dalam mobil itu, turut ludes. Kerugian pihak korban mencapai puluhan juta rupiah.
Saat sedan Timor biru milik Subkiyadi itu terbakar, ia sedang melakukan pertemuan dengan pengurus Partai SIRA di Kecamatan Kuala Baru, Aceh Singkil. Pelaku sepertinya tahu persis bahwa si pemilik sedang tak berada di rumah, saat mobil tersebut dibakar.
Polisi sedang mengumpulkan bukti-bukti terkait insiden pembakaran mobil Ketua Partai SIRA Aceh Singkil tersebut. (c39)
Tulisan Ini Berasal Dari Web Site Arlisbest news
Labels:
Singkil Partai SIRA
Thursday, 02 April 2009
Aceh Peace Award 2008
BANDA ACEH - Tanggal 22 Desember 2008 merupakan hari yang bersejarah bagi perempuan Aceh, karena pada hari tersebut merupakan hari dimana perempuan diakui eksistensinya dan kiprahnya dalam perdamaian Aceh. Aceh Peace Resource Center (APRC-BRA) yang merupakan lembaga resmi Pemerintah menggagas sebuah kegiatan untuk memberikan anugerah kepada perempuan yang dinilai berjasa dalam perdamaian Aceh.
Ide pemberian ACEH PEACE AWARD 2008 ini merupakan sebuah ide besar, dan patut diteruskan di masa-masa mendatang, dalam konteks pembangunan perdamaian di Aceh. Terciptanya perdamaian, pada kenyataannya, antara lain juga disebabkan adanya dukungan dari semua pihak, termasuk individu-individu tertentu yang bekerja di tengah-tengah masyarakat. Kadangkala, hal ini sering luput dari perhatian kita semua. Khususnya perhatian kepada sosok-sosok tertentu dari kalangan perempuan yang telah membaktikan hidupnya, pikirannya, hartanya, dan tenaga-nya untuk terlibat dalam proses lahirnya perdamaian di Aceh, baik untuk kegiatan yang bersifat preventif, promotif, maupun rehabilitatif.
Ketiga, sosok-sosok seperti di atas ada, dan bergiat di berbagai tempat di Aceh, di bagian timur dan utara, tengah, selatan, bagian barat serta seluruh penjuru mata angin di negeri Aceh tercinta ini. Dengan cara-cara tertentu, dengan strategi-strategi tertentu, mereka semua telah mencoba berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Pengabdian mereka itu, terutama mulai teridenfikasi saat Aceh memasuki masa-masa sulit, sejak akhir tahun 1990-an, ketika konflik bersenjata terjadi di berbagai tempat di tanah yang berjuluk Serambi Mekkah ini. Pengabdian mereka juga terlihat pada masa-masa setelah Aceh dilanda bencana dahsyat gempa dan tsunami, serta setelah Aceh tiba di pintu perdamaian melalui penandatanganan MoU pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. Mereka sering bekerja dalam diam, luput dari perhatian media massa atau masyarakat luas, sesuatu yang mungkin mereka sendiri tidak mengharapkannya.
Kenapa penganugerahan ACEH PEACE AWARD ini dipandang penting dilakukan? Konflik Aceh yang panjang, telah menghancurkan harapan, cita-cita, impian dan hari depan anak-anak dan generasi muda Aceh. Perempuan, dalam konflik Aceh, berada pada posisi paling rentan dan terpinggirkan. Perempuan Aceh dan anak-anak Aceh adalah pihak yang paling menderita dalam konflik tersebut.
Dalam situasi seperti tersebut di atas, maka tidak salah jika kita katakan bahwa, DAMAI ACEH adalah sinar kecerahan bagi hari depan anak-anak Aceh yang kehilangan orang tua, kehilangan kesempatan untuk belajar, serta kehilangan harapan hidup yang layak. DAMAI ACEH adalah hari depan para janda yang membawa beban hidup tak tertanggungkan. DAMAI ACEH adalah secercah harapan, impian, cita-cita dan garrĂa kehidupan. DAMAI ACEH adalah peluang untuk merajut kembali mimpi-mimpi anak-anak Aceh, generasi muda Aceh yang kita cintai. Damai Aceh adalah kesempatan memutuskan belenggu kenistaan, terabaikan, dilecehkan dan hinaan terhadap kaum perempuan Aceh itu sendiri. Damai Aceh adalah gerbang menuju masa depan perempuan Aceh yang lebih gemilang dan bermartabat.
Proses penyelenggaraan Aceh Peace Award 2008 sudah dimulai sejak September 2008, dimana launching diselenggarakan bertepatan dengan hari Perdamaian International (International Day of Peace) 21 Sept 2008 di Anjong Mon Mata, Banda Aceh. Proses pengumuman dan penerimaan formulir dilakukan selama 40 hari. nominee yang masuk adalah usulan dari masyarakat, panitia dan panelis tidak berhak mengusulkan dan merekomendasikan nominee. Proses penyeleksian dilakukan secara terbuka dan ketat, melalui beberapa tahapan, dan sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab tim panelis. Panelis yang dibentuk merupakan panelis yang independent, yang berasal dari berbagai latarbelakang, yaitu: Sejarawan dan budayawan, Praktisi hukum, Akademisi, Psikolog, Unsur legislative, BRA, Jurnalis, Gender dan syariah Islam.
Data nominee yang masuk berjumlah 24 orang, dan nama-nama tersebut diujipublikkan melalui media cetak loka (Harian Serambi) untuk mendapatkan masukan dari publik, kemudian dilakukan seleksi awal dengan sistem scoring kwantitatif untuk memutuskan 15 besar yang akan mengikuti seleksi wawancara. Dan tahap akhir dari proses seleksi adalah dengan menggabungkan semua nilai dari setiap tahapan proses seleksi, untuk kemudian diputuskan tiga(3) orang penerima Aceh Peace Award 2008 untuk tiga(3) kategori, yaitu: kategori Preventif, Promotif, dan Rehabilitatif.
Ketiga penerima Aceh Peace Award tersebut adalah:
1. Kategori Rehabilitatif : Dr. Mursyidah A.Latief, berasal dari Bireuen
2. Kategori Promotif : Rosni Idham, berasal dari Meulaboh
3. Kategori Preventif : Meitanur, berasal dari Banda Aceh.(caleg Partai SIRA)
Berita ini Berasal Dari web site BRA-aceh
Ide pemberian ACEH PEACE AWARD 2008 ini merupakan sebuah ide besar, dan patut diteruskan di masa-masa mendatang, dalam konteks pembangunan perdamaian di Aceh. Terciptanya perdamaian, pada kenyataannya, antara lain juga disebabkan adanya dukungan dari semua pihak, termasuk individu-individu tertentu yang bekerja di tengah-tengah masyarakat. Kadangkala, hal ini sering luput dari perhatian kita semua. Khususnya perhatian kepada sosok-sosok tertentu dari kalangan perempuan yang telah membaktikan hidupnya, pikirannya, hartanya, dan tenaga-nya untuk terlibat dalam proses lahirnya perdamaian di Aceh, baik untuk kegiatan yang bersifat preventif, promotif, maupun rehabilitatif.
Ketiga, sosok-sosok seperti di atas ada, dan bergiat di berbagai tempat di Aceh, di bagian timur dan utara, tengah, selatan, bagian barat serta seluruh penjuru mata angin di negeri Aceh tercinta ini. Dengan cara-cara tertentu, dengan strategi-strategi tertentu, mereka semua telah mencoba berbuat yang terbaik bagi masyarakat. Pengabdian mereka itu, terutama mulai teridenfikasi saat Aceh memasuki masa-masa sulit, sejak akhir tahun 1990-an, ketika konflik bersenjata terjadi di berbagai tempat di tanah yang berjuluk Serambi Mekkah ini. Pengabdian mereka juga terlihat pada masa-masa setelah Aceh dilanda bencana dahsyat gempa dan tsunami, serta setelah Aceh tiba di pintu perdamaian melalui penandatanganan MoU pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. Mereka sering bekerja dalam diam, luput dari perhatian media massa atau masyarakat luas, sesuatu yang mungkin mereka sendiri tidak mengharapkannya.
Kenapa penganugerahan ACEH PEACE AWARD ini dipandang penting dilakukan? Konflik Aceh yang panjang, telah menghancurkan harapan, cita-cita, impian dan hari depan anak-anak dan generasi muda Aceh. Perempuan, dalam konflik Aceh, berada pada posisi paling rentan dan terpinggirkan. Perempuan Aceh dan anak-anak Aceh adalah pihak yang paling menderita dalam konflik tersebut.
Dalam situasi seperti tersebut di atas, maka tidak salah jika kita katakan bahwa, DAMAI ACEH adalah sinar kecerahan bagi hari depan anak-anak Aceh yang kehilangan orang tua, kehilangan kesempatan untuk belajar, serta kehilangan harapan hidup yang layak. DAMAI ACEH adalah hari depan para janda yang membawa beban hidup tak tertanggungkan. DAMAI ACEH adalah secercah harapan, impian, cita-cita dan garrĂa kehidupan. DAMAI ACEH adalah peluang untuk merajut kembali mimpi-mimpi anak-anak Aceh, generasi muda Aceh yang kita cintai. Damai Aceh adalah kesempatan memutuskan belenggu kenistaan, terabaikan, dilecehkan dan hinaan terhadap kaum perempuan Aceh itu sendiri. Damai Aceh adalah gerbang menuju masa depan perempuan Aceh yang lebih gemilang dan bermartabat.
Proses penyelenggaraan Aceh Peace Award 2008 sudah dimulai sejak September 2008, dimana launching diselenggarakan bertepatan dengan hari Perdamaian International (International Day of Peace) 21 Sept 2008 di Anjong Mon Mata, Banda Aceh. Proses pengumuman dan penerimaan formulir dilakukan selama 40 hari. nominee yang masuk adalah usulan dari masyarakat, panitia dan panelis tidak berhak mengusulkan dan merekomendasikan nominee. Proses penyeleksian dilakukan secara terbuka dan ketat, melalui beberapa tahapan, dan sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab tim panelis. Panelis yang dibentuk merupakan panelis yang independent, yang berasal dari berbagai latarbelakang, yaitu: Sejarawan dan budayawan, Praktisi hukum, Akademisi, Psikolog, Unsur legislative, BRA, Jurnalis, Gender dan syariah Islam.
Data nominee yang masuk berjumlah 24 orang, dan nama-nama tersebut diujipublikkan melalui media cetak loka (Harian Serambi) untuk mendapatkan masukan dari publik, kemudian dilakukan seleksi awal dengan sistem scoring kwantitatif untuk memutuskan 15 besar yang akan mengikuti seleksi wawancara. Dan tahap akhir dari proses seleksi adalah dengan menggabungkan semua nilai dari setiap tahapan proses seleksi, untuk kemudian diputuskan tiga(3) orang penerima Aceh Peace Award 2008 untuk tiga(3) kategori, yaitu: kategori Preventif, Promotif, dan Rehabilitatif.
Ketiga penerima Aceh Peace Award tersebut adalah:
1. Kategori Rehabilitatif : Dr. Mursyidah A.Latief, berasal dari Bireuen
2. Kategori Promotif : Rosni Idham, berasal dari Meulaboh
3. Kategori Preventif : Meitanur, berasal dari Banda Aceh.(caleg Partai SIRA)
Berita ini Berasal Dari web site BRA-aceh
PA Langgar Aturan Kampanye
Banda Aceh | Harian Aceh--Kampanye akbar Partai Aceh (PA) di Areal Parkir Stadion Lhong Raya Banda Aceh, Rabu (1/4), menuai protes Panitia Pengawasan Pemilu (Panwaslu). Pasalnya, PA ditengarai mengoordinir pengerahan massa dari berbagai daerah ke Banda Aceh
Hal ini merupakan pelanggaran terhadap aturan kampanye,” kata Ketua Panwaslu Aceh, Nyak Arif Fadilah Syah, kemarin.
Menurut dia, seharusnya kampanye PA di Banda Aceh hanya boleh diikuti oleh massa dari daerah pemilihan (DP) Aceh 1, yakni Banda Aceh, Sabang, dan Aceh Besar. “Tapi massa PA yang diarahkan ke Banda Aceh umumnya dari luar daerah tersebut,” sebutnya.
Dengan demikian, lanjut Nyak Arif, PA melanggar Peraturan KPU Nomor 23/2008. “Ini tergolong pelanggaran administratif,” terangnya.
Kata dia, Panwaslu juga telah mengirim surat teguran ke pengurus PA. “Namun surat teguran tersebut diabaikan, buktinya mereka tetap mengarahkan massa ke Banda Aceh dari luar DP Aceh 1. Kami juga telah meminta kepolisian untuk menghadang iring-iringan konvoi kendaraan PA yang datang dari luar DP Aceh 1 untuk datang ke Banda Aceh. Kita tidak tahu apakah surat tersebut ditindaklanjuti oleh polisi atau tidak,” lanjut Arif.
Sementara Sofyan Dawood, juru kampanye PA, membantah pihaknya memobilisasi massa dari daerah pemilihan lain ke Banda Aceh. “Walau banyak kader PA yang datang dari Aceh Utara, Bireuen dan Pidie, itu inisiatif mereka sendiri untuk menghadiri kampanye partai yang mereka dukung. Keinginan mereka itu tidak bisa kita larang” tegas mantan juru bicara GAM ini, usai menyampaikan orasi politik di hadapan ribuan simpatisan PA di Stadion Lhong Raya Banda Aceh.
Disebutkannya, pihaknya merasa aneh karena hanya Partai Aceh yang dituding melakukan pelanggaran, sedangkan partai lain yang menghadirkan massa dari luar Banda Aceh tidak dipersoalkan. “Seperti Partai Demokrat yang juga memobilisasi massa dari berbagai wilayah saat kampanye yang dihadiri SBY beberapa waktu lalu,” sebut Sofyan Dawood.
Dia berjanji, pihaknya akan berusaha tidak melanggar setiap aturan Pemilu. Sebelumnya, Panwaslu Aceh juga menyatakan konvoi Partai Aceh di luar jadwal kampanye juga melanggar aturan pemilu.
Seperti diketahui, sejak dua hari lalu, ribuan massa Partai Aceh dari Aceh Utara, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang, berkonvoi ke Banda Aceh untuk menghadiri kampanye babak terakhir ini. Selain mengikuti kampanye di Banda Aceh, ratusan lainnya juga dikerahkan ke pantai barat-selatan.
Sebelum kampanye akbar digelar, kemarin, sekitar pukul 09.40 WIB, selembar bendera Partai Aceh berukuran 30x20 cm sempat berkibar di pagar gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Bendera itu baru diturunkan sekitar pukul 13.00 WIB.
”Kita tidak tahu siapa yang memasang bendera tersebut,” kata petugas pengamanan DPRA.
Dia memperkirakan, berdera tersebut dipasang saat massa PA berkonvoi menghadiri kegiatan kampanye. Padahal, sesuai aturan, kantor pemerintahan dan gedung dewan merupakan wilayah yang harus steril dari berbagai atribut partai.(rta)
Hal ini merupakan pelanggaran terhadap aturan kampanye,” kata Ketua Panwaslu Aceh, Nyak Arif Fadilah Syah, kemarin.
Menurut dia, seharusnya kampanye PA di Banda Aceh hanya boleh diikuti oleh massa dari daerah pemilihan (DP) Aceh 1, yakni Banda Aceh, Sabang, dan Aceh Besar. “Tapi massa PA yang diarahkan ke Banda Aceh umumnya dari luar daerah tersebut,” sebutnya.
Dengan demikian, lanjut Nyak Arif, PA melanggar Peraturan KPU Nomor 23/2008. “Ini tergolong pelanggaran administratif,” terangnya.
Kata dia, Panwaslu juga telah mengirim surat teguran ke pengurus PA. “Namun surat teguran tersebut diabaikan, buktinya mereka tetap mengarahkan massa ke Banda Aceh dari luar DP Aceh 1. Kami juga telah meminta kepolisian untuk menghadang iring-iringan konvoi kendaraan PA yang datang dari luar DP Aceh 1 untuk datang ke Banda Aceh. Kita tidak tahu apakah surat tersebut ditindaklanjuti oleh polisi atau tidak,” lanjut Arif.
Sementara Sofyan Dawood, juru kampanye PA, membantah pihaknya memobilisasi massa dari daerah pemilihan lain ke Banda Aceh. “Walau banyak kader PA yang datang dari Aceh Utara, Bireuen dan Pidie, itu inisiatif mereka sendiri untuk menghadiri kampanye partai yang mereka dukung. Keinginan mereka itu tidak bisa kita larang” tegas mantan juru bicara GAM ini, usai menyampaikan orasi politik di hadapan ribuan simpatisan PA di Stadion Lhong Raya Banda Aceh.
Disebutkannya, pihaknya merasa aneh karena hanya Partai Aceh yang dituding melakukan pelanggaran, sedangkan partai lain yang menghadirkan massa dari luar Banda Aceh tidak dipersoalkan. “Seperti Partai Demokrat yang juga memobilisasi massa dari berbagai wilayah saat kampanye yang dihadiri SBY beberapa waktu lalu,” sebut Sofyan Dawood.
Dia berjanji, pihaknya akan berusaha tidak melanggar setiap aturan Pemilu. Sebelumnya, Panwaslu Aceh juga menyatakan konvoi Partai Aceh di luar jadwal kampanye juga melanggar aturan pemilu.
Seperti diketahui, sejak dua hari lalu, ribuan massa Partai Aceh dari Aceh Utara, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang, berkonvoi ke Banda Aceh untuk menghadiri kampanye babak terakhir ini. Selain mengikuti kampanye di Banda Aceh, ratusan lainnya juga dikerahkan ke pantai barat-selatan.
Sebelum kampanye akbar digelar, kemarin, sekitar pukul 09.40 WIB, selembar bendera Partai Aceh berukuran 30x20 cm sempat berkibar di pagar gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Bendera itu baru diturunkan sekitar pukul 13.00 WIB.
”Kita tidak tahu siapa yang memasang bendera tersebut,” kata petugas pengamanan DPRA.
Dia memperkirakan, berdera tersebut dipasang saat massa PA berkonvoi menghadiri kegiatan kampanye. Padahal, sesuai aturan, kantor pemerintahan dan gedung dewan merupakan wilayah yang harus steril dari berbagai atribut partai.(rta)
Subscribe to:
Posts (Atom)