25 Maret 2009, 09:23 BANDA ACEH - Para juru kampanye Partai Rakyat Aceh (PRA) dari Dewan Pimpinan Pusat PRA, Selasa (24/3) kemarin, menggebrak sejumlah arena kampanye di Aceh Tamiang, Langsa, Kota Lhokseumawe, dan Bireuen.
Informasi yang dihimpun Serambi dari sejumlah daerah, dan keterangan Sekjen DPP PRA, Thamren Ananda menyebutkan, kampanye PRA terbesar dan termeriah berlangsung di lapangan Desa Bundar, Kecamatan Karang Baru. Massa yang memadati arena kampanye antusias mengikuti pemaparan program PRA yang disampaikan silih berganti oleh Thamren Ananda (Sekjen DPP), Munir Azis dan Muliadi (caleg DPRA), Syafruddin KS (Ketua DPW) Tamiang, dan Aprizal Rozi (Sekretaris DPW Tamiang). Kegiatan itu juga dihadiri oleh seluruh caleg DPRK.
Kampanye yang dimeriahkan oleh penampilan grup band asal Medan, Merah Hitam Band, politisi muda dari PRA menyorot kinerja pemerintah Aceh yang sampai saat ini dinilai belum maksimal dalam ketiga hal itu. Kampanye tersebut mengangkat tema utama tentang tiga program PRA yang dinilai sangat mendesak bagi rakyat Aceh saat ini. Yakni lapangan kerja, pendidikan dan kesehatan gratis serta berkualitas, serta rakyat Aceh berdaulat terhadap sumber daya alam.
Mengenai pendidikan dan kesehatan, para jurkam PRA menilai bahwa kinerja pemerintah belum cukup maksimal. “Jangankan untuk gratis, amanat 20 persen anggaran pendidikan dalam APBA saja belum bisa dipenuhi. Padahal kalau melihat Aceh dalam konteks kekhususan, secara filosofi harusnya anggaran pendidikan Aceh adalah 30 persen, karena ada penambahan dana perimbangan keuangan. Jadi Aceh harus di atas nasional,” ujar Thamren.
Sementara mengenai kebijakan Pemerintah Aceh dalam hal pengelolaan investasi asing, Thamren menilai saat belum saling menguntungkan. “Buktinya, hampir semua investasi asing di Aceh saat ini belum bisa memberikan manfaat signifikan bagi Pemerintah dan rakyat Aceh,” ujar dia.
Kontrak politik
Sementara di Kota Langsa, selain menggelar kampanye di atas panggung, para aktivis PRA juga memanfaatkan jatah hari kampanye mereka dengan membagi-bagikan kontrak politik kepada warga di persimpangan jalan Ahmad Yani, depan kantor pos. Sedangkan di arena kampanye di lapangan bola kebun lama, Kecamatan Langsa lama, massa PRA dihibur dengan seni budaya kuda kepang.
Ketua PRA Kota Langsa, Edy Sahputra kepada Serambi mengatakan, satu hari yang diberikan KIP untuk kampanye terbuka di Kota Langsa tidak saja digunakan untuk kampanye di lapangan, namun juga digunakan untuk menyosialisasikan kontrak politik partai kepada warga sehingga mereka mengetahui komitmen PRA. “Komitmen PRA berbeda dengan partai lain, selain programnya yang jelas juga pertangungjawaban moral terhadap warga juga diperjelas,” ujarnya.
PRA, kata dia, hanya minta waktu tiga tahun kepada rakyat Aceh untuk melakukan perubahan di bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan sumber daya alam. “Jika tidak berhasil maka seluruh caleg PRA akan mengundurkan diri dari anggota dewan secara masal. Saya pikir, belum ada partai seberani PRA untuk komitmen moral dan kontrak politik ditandatangani di notaris,” ujarnya Edy mengutip isi kontrak politik yang mereka tanda tangani.
Ia menyebutkan, pembagian kontrak politik dilakukan agar warga mengetahui dengan sebenarnya tututan mendesak rakyat disamping menjadi pegangan untuk menuntut PRA lalai ketika duduk di dewan. “Semua caleg PRA turun ke lapangan membagikan kontrak politik tersebut,” ujarnya lagi.
Pada siang harinya, massa dan beca melakukan konvoi menuju lapangan kebun lama. Di sini, Ray Iskandar dalam orasinya, menjelas komitmen partai PRA terhadap rakyat dan berbagai permasalahan warga yang terjadi di Kota Langsa. Begitu juga Rizal Fahmi dan Sri Indrawati yang komit memperjuangkan kepentingan kaum perempuan.
Warga asing
Sedangkan di Kota Lhokseumawe, arena kampanye yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum DPP PRA, Aguswandi, Nurdin Ismail (caleg DPRA), dan sleuruh caleg DPRK Lhokseumawe dan Aceh Utara, sempat heboh dengan kehadiran tiga warga negara asing ke arena kampanye di lapangan eks gedung Cunda Plaza.
Terkait hal ini, Sekjen PRA, Thamren Ananda mengatakan, sempat terjadi kesalahpahaman dari pihak Panwaslu, KIP, dan Imigrasi terhadap keberadaan warga asing tersebut. “Petugas imigrasi sempat memintai paspor mereka, tapi mereka membawa dokumen lengkap, sehingga tidak ada persoalan apa-apa,” kata Thamren.
Namun, kesalahpahaman itu tidak berbuntut panjang, sehingga ketiga orang asing tersebut bisa melanjutkan mendengar program-program yang dipaparkan para jurkam sampai selesainya kampanye pukul 16.00 WIB, sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh KIP dan Panwas. “Setahu kami mereka hadir di sana atas keinginan sendiri, karena sedang menyusun thesis masalah perdamaian dan bantuan internasional untuk Aceh,” ujar dia.
Thamren juga menyebutkan, kampanye di lokasi itu diwarnai insiden penahanan puluhan mobil yang mengangkut massa PRA dari berbagai kecamatan oleh orang-orang yang belum diketahui identitasnya. “Informasi yang kami peroleh, hampir di semua kecamatan di Aceh Utara, mobil yang membawa massa PRA dicegah untuk hadir ke arena kampanye,” kata dia.
Di sini, para jurkam PRA juga menyorot tentang Aceh bukan milik sekelompok orang. “Semua orang dan parpol yang ada di Indonesia punya hak yang sama di Aceh,” kata Thamren mengutip materi kampanye yang disampaikan Aguswandi.
Sebelum berorasi di lapangan eks Cunda Plaza, Ketua Umum DPP PRA, Aguswandi juga sempat singgah di arena kampanye terbuka yang digelar PRA di lapangan sepakbola Blang Asan, Kecamatan Peusangan, Bireuen. Di arena kampanye ini, PRA mengutus Rahmad Jailani (Ketua Bappilu merangkap Menajer Poltik DPP PRA) sebagai orator utama yang memaparkan program-program PRA.
Informasi yang diperoleh Serambi dari Ketua Pokja Pencalonan dan Kampanye, KIP Bireuen, Ir Ridhwan, selain PRA, jatah kampanye di Bireuen kemarin juga milik Partai Persatuan Nahdhatul Ulama Indonesia (PPNUI) dan Partai Serikat Indonesia (PSI). Namun kedua partai itu tidak menggelar kampanyenya.(nal/md/muk)
No comments:
Post a Comment